Pemerintah Klaim Kedewasaan Demokrasi Telah Tecermin di Ruang Digital

Eko Budhiarto | Rabu, 31/01/2024 03:03 WIB

Pemerintah Klaim Kedewasaan Demokrasi Tecermin di Ruang Digital Ilustrasi

JAKARTA - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menyebutkan, masyarakat Indonesia menunjukkan kedewasaan berdemokrasi menjelang Pemilu 2024. Hal itu tercermin di ruang digital Indonesia.

Ia menyebutkan hal itu terlihat dari berkurangnya kuantitas hoaks dan politik identitas, yang beredar di ruang siber pada periode ini.

“Meskipun tak sepenuhnya menghilang, namun kita juga mencermati ada penurunan pemakaian politik identitas. Dan kita cukup mau apresiasi hal itu. Masyarakat kita juga semakin dewasa dengan pengalaman Pemilu dua kali dan Pilpres sebelumnya,” ungkapnya dalam keterangan pers yang diterima, Selasa (30/1/2024).

Nezar menilai masyarakat sudah banyak yang memetik pelajaran dari Pemilu-Pemilu sebelumnya,  yang penuh dinamika di ruang digital.

Baca juga :
Indonesia Adopsi Inisiatif Global Perlindungan Anak di Ruang Digital

Masyarakat kali ini dinilai telah menerima bahwa perbedaan pilihan politik merupakan sesuatu yang wajar dalam iklim demokrasi. Oleh karena itu, kini setiap orang mengambil sikap lebih bijak di media sosial.

Baca juga :
Jelang Pemilu 2024, Mahfud MD: Ruang Digital `Adem Ayem`

Di samping itu, Nezar menyebutkan kesamaan pemahaman dari berbagai pihak khususnya dengan para pengelola platform media sosial juga membantu pemerintah untuk meredam laju peredaran hoaks.

Secara aktif, Kementerian Kominfo  berkolaborasi dengan para penyelenggara sistem elektronik seperti Google, Facebook, TikTok, dan Instagram untuk mengantisipasi penyebaran hoaks.

Baca juga :
Kominfo Hadirkan DTS Dorong Masyarakat Produktif di Ruang Digital

“Kami punya satu jaringan koordinasi dengan semua platform-platform ini walaupun mereka punya satu mekanisme sendiri untuk mengantisipasi penyebaran hoaks,” katanya.

Pengawasan lanjutan juga dilakukan lebih luas lagi dengan melibatkan pihak resmi yang memang bertanggung jawab dalam Pemilu seperti KPU maupun Bawaslu.

Di lapisan terakhir, kolaborasi yang lebih luas juga menjadi salah satu faktor kunci menekan peredaran hoaks di ruang digital saat ini.

"Di lini ke tiga, bersama-sama bersepakat konten yang mengandung fitnah yang bisa memecah belah bangsa harus diredam dengan satu kerja sama yang lebih luas,” kata Nezar.

Adapun berdasarkan data penanganan sebaran isu hoaks Kementerian Kominfo, platform Facebook, X (dulu Twitter), dan Instagram menjadi tiga platform teratas sebagai sumber sebaran isu hoaks dan ujaran kebencian.

Nezar mengatakan para pemilik akun media sosial di platform-platform tersebut paling rentan terpapar penyebaran konten negatif.

KEYWORD :
ruang digital kedewasaan berdemokrasi