• Kabar Pertanian

Kementan Latih 1,8 Juta Petani dan Penyuluh untuk Hadapi El Nino

Agus Mughni Muttaqin | Jum'at, 19/05/2023 20:51 WIB
Kementan Latih 1,8 Juta Petani dan Penyuluh untuk Hadapi El Nino Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi saat memberikan keterangan pers terkait persiapan Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Vol.6 Tahun 2023 dengan tema Antisipasi Pertanian menghadapi El Nino, Jakarta, Jumat 19 Mei 2023. (Foto: Supianto/Jurnas.com)

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) akan melatih petani dan penyuluh menghadapi El Nino, yang diperkirakan terjadi awal bulan depan.

Melalui program Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh, kegiatan dengan tema "Antisispasi Pertanian Menghadapi El Nino" ini akan dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang (BBPP Lembang) pada tanggal 23 Mei 2023 mendatang.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong para petani membuat Indonesia menjadi negara paling kuat dalam menghadapi ancaman El Nino maupun krisis global dunia.

Dia juga meminta kepada jajarannya yang berada di lapangan untuk membantu para petani yang kesulitan dan meminta persiapan dari semua daerah di seluruh Indonesia untuk menghadapi El Nino.

"Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrim El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus mendatang," tegas dia.

Sementara itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi menargetkan melalui pelatihan ini sebanyak 1.800.000 petani dan penyuluh akan dilatih. Mereka akan dilatih agar memahami El Nino dan dampaknya terhadap sektor pertanian.

"Penyuluhnya sebenarnya hanya 40 ribu orang ditambah penyuluh swadaya dan P4S sekitar 26 ribu. Secara keseluruhan ada kurang lebih 66 ribu orang. Jadi, sebagian besar kita latih petani kita," kata Dedi saat memberikan keterangan pers secara daring, Jakarta, Jumat (19/5).

Dedi mengatakan, Indonesia akan mulai menghadapi kemarau mulai akhir bulan ini atau awal Juni tahun ini. Fenomena ini akan semakin menguat sampai puncaknya di bulan Agustus dan September.

Fenomena ini sendiri terjadi sebagai dampak dari climate change atau perubahan iklim. El Nino menyebabkan curah hujan di atas atmosfer Indonesia berkurang secara signifikan.

"Fenomena El Nino ini merupakan fenomena alam yang merupakan dampak dari climate change. El Nino tidak bisa dicegah dan tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan adalah menghadapi dengan cara yang bijak," kata Dedi.

Apalagi, sambung Dedi, pengairan dari curah hujan memberikan kontribusi hingga 40 persen terhadap produktivitas pertanian. Artinya, kalau air terganggu produktivitas 40 persen pertanian juga akan terganggu.

"Kalau pengairan dari curah hujan berkurang berarti yang harus kita lakukan yaitu mencari sumber-sumber pengairan alternatif. Sesungguhnya air tidak hanya di atas, di bawah pun banyak air alias air tanah," kata Dedi.

Air tanah, lanjut Dedi, bisa diangkat menggunakan mesin untuk distribusikan ke lahan lahan pertanian. Bukan hanya itu, air permukaan seperti air kolam, air danau, dan sungai juga bisa dimaksimalkan untuk mengairi lahan sawah..

"Ingat air saat ini sedang berkurang. Oleh karena itu, pemanfaatan air harus betul-betul efisien, hemat terutama petani yang mengelola sawah. Sawah itu tidak harus tergenang terus. Kalau tergenang terus itu namanya buang-buang air," imbuh dia.

FOLLOW US