• Info MPR

Ahmad Basarah: Tidak Ada Pembenaran Tindakan Kekerasan di Dunia Pendidikan

Akhyar Zein | Jum'at, 23/09/2022 21:45 WIB
Ahmad Basarah: Tidak Ada Pembenaran Tindakan Kekerasan di Dunia Pendidikan Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengaku prihatin kekerasan demi kekerasan terjadi di dunia pendidikan nasional (foto: Humas MPR)

JAKARTA - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengaku prihatin kekerasan demi kekerasan terjadi di dunia pendidikan nasional. Setelah seorang santri Gontor meninggal akibat penganiayaan rekan-rekannya akhir Agustus lalu, kini seorang siswa SMAN 9 Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dipecat oleh dewan guru akibat menendang dan menganiaya guru perempuan hingga hidungnya berdarah.

“Harus ada terobosan baru yang dilakukan Kemendikbud-Ristek dan Kementerian Agama untuk mengeleminasi kekerasan demi kekerasan di dunia pendidikan nasional kita. Tidak ada pembenaran apapun untuk semua kekerasan di dunia pendidikan. Masa guru sampai dianiaya muridnya sendiri? Fenomena ini menggambarkan masih ada sistem pendidikan yang masih kurang sesuai dalam dunia pendidikan kita,’’ tegas Ahmad Basarah, Jumat (23/9).

Ahmad Basarah mendukung penuh keputusan Dewan Guru SMAN 9 Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mengeluarkan seorang siswanya akibat menendang dan menganiaya guru perempuan hingga hidungnya berdarah.

Keprihatinan Ahmad Basarah sangat beralasan. Sejumlah kekerasan di dunia pendidikan, baik oleh murid kepada murid, oleh guru kepada murid, atau oleh murid kepada guru, seolah terjadi tanpa henti.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan ini juga mengusulkan, pendidikan budi pekerti di kalangan pelajar harus diperkuat dengan metode ajar yang menarik dan bahan bacaan yang representatif. Sistem pendidikan nasional yang kini bertumpu pada UU No. 20 Tahun 2003 sudah bagus karena Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 menjadi dasarnya. Namun, dia mengusulkan sebaiknya jajaran Kemendikbud-Ristek dan Kemenag juga menyajikan materi yang berisi falsafah dan kearifan lokal bangsa Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan untuk dijadikan teladan semua siswa di Indonesia.

‘’Di Indonesia kisah-kisah bijak yang memperkaya budi pekerti sangat banyak. Agar lebih bervariasi, kisah-kisah teladan lainnya bisa juga diambil dari negara lain. Kedua kementerian ini bisa mengumpulkan cerita-cerita teladan yang bagus, lalu menerbitkannya dengan desain gambar dan visual yang menarik. Jika kita sisipkan nilai-nilai Pancasila di dalamnya, itu akan lebih bagus sebab metode itu lebih sesuai dengan selera generasi milenial saat ini,’’ jelas Doktor bidang hukum lulusan Universitas Diponegoro Semarang itu.

 

FOLLOW US