• News

Pembebasan Pemerkosa Picu Kemarahan di India

Akhyar Zein | Sabtu, 20/08/2022 06:15 WIB
Pembebasan Pemerkosa Picu Kemarahan di India Ilustrasi. Protes terhadap pemerkosaan geng Hathras di Gerbang India, New Delhi (foto: akshay Kapoor)

JAKARTA - Seorang perempuan Muslim di India yang diperkosa beramai-ramai saat hamil dalam kerusuhan agama tahun 2002 yang menghancurkan negara itu, telah meminta pemerintah untuk membatalkan keputusan pembebasan 11 laki-laki yang telah divonis penjara seumur hidup karena melakukan kejahatan itu, setelah mereka dibebaskan dengan hukuman percobaan.

Korban, yang kini berusia 40 tahun, sedang hamil ketika ia diperkosa secara brutal dalam kekerasan komunal tahun 2002 di negara bagian Gujarat yang menyebabkan lebih dari 1.000 orang – sebagai besar warga Muslim – tewas.

Insiden ini merupakan kerusuhan agama terburuk yang pernah terjadi di India sejak meraih kemerdekaan dari Inggris tahun 1947.

Tujuh anggota keluarga perempuan itu, termasuk putrinya yang baru berusia tiga tahun, tewas dalam pembantaian itu. Sesuai kode etik, Associated Press tidak mengidentifikasi korban kekerasan seksual.

Sebelas laki-laki terpidana pemerkosa itu mendapat remisi dan dibebaskan Senin lalu (15/8) ketika India merayakan 75 tahun kemerdekaannya. Mereka divonis pada tahun 2008 atas pemerkosaan, pembunuhan dan melangsungkan pertemuan yang melanggar hukum.

Korban mengatakan keputusan pemerintah negara bagian Gujarat telah membuatnya mati rasa dan menggoyahkan kepercayaannya pada keadilan.

“Bagaimana keadilan bagi seorang perempuan bisa berakhir seperti ini? Saya percaya pada pengadilan tertinggi di tanah air kami,” ujarnya dalam sebuah pernyataan Rabu malam (17/8), seraya menambahkan tidak ada pihak berwenang yang menghubunginya sebelum membuat keputusan itu.

“Tolong sudahi kerusakan ini. Kembali hak saya untuk hidup dalam damai dan tanpa rasa takut,” tegasnya.


Demonstrasi Meluas, Pejabat Gujarat Berkilah Pembebasan Sesuai UU

Di ibu kota New Delhi, puluhan perempuan hari Kamis memprotes pembebasan sebelas laki-laki itu. Maimoona Mollah dari Asosiasi Perempuan Demokrat Seluruh India mengatakan mereka menuntut negara bagian itu untuk membatalkan keputusan tersebut.

“Korban dan penyintas lainnya harus dapat hidup dengan damai dan bermartabat,” ujarnya.

Raj Kumar, Kepala Menteri di Gujarat di mana Partai Bharatiya Janata pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa, mengatakan pada suratkabar Indian Express bahwa permohonan remisi para terpidana dikabulkan karena mereka telah menjalani lebih dari 14 tahun penjara. Sebuah panel pemerintah negara bagian itu membuat keputusan tersebut setelah mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk usia dan perilaku sebelas laki-laki itu di penjara.

Kumar menambahkan orang-orang itu memenuhi syarat berdasarkan kebijakan remisi tahun 1992 yang berlaku saat mereka dihukum. Versi yang lebih baru dan diadopsi tahun 2014 oleh pemerintah federal melarang pembebasan lewat remisi bagi mereka yang dihukum karena melakukan kejahatan tertentu, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.

Terpidana Pemerkosa Disambut Permen & Karangan Bunga Saat Dibebaskan

Kerusuhan tahun 2002 itu telah sejak lama menghantui Modi, yang merupakan pejabat tinggi terpilih di Gujarat ketika insiden itu terjadi. Ia sempat dituduh mengizinkan pihak berwenang membiarkan terjadinya insiden itu, dan bahkan mendorong pertumpahan darah. Modi telah berulangkali membantah memiliki peran apapun dan Mahkamah Agung mengatakan tidak menemukan bukti untuk menuntutnya.

Video di media sosial yang menunjukkan bagaimana sebelas laki-laki itu disambut dengan permen dan karangan bunga setelah dibebaskan dari penjara telah viral dan memicu kemarahan para perempuan, khususnya para aktivis HAM dan politisi oposisi.

FOLLOW US