• Oase

`Abdurrahman bin`Auf, Kaya Raya yang Berkeinginan Menjadi Miskin

Rizki Ramadhani | Jum'at, 01/07/2022 13:19 WIB
`Abdurrahman bin`Auf, Kaya Raya yang Berkeinginan Menjadi Miskin Ilustrasi harta berlimpah (foto: dream)

Jakarta - Umumnya manusia berambisi untuk menjadi semakin kaya raya, namun ‘Abdurrahman bin ‘Auf sangat berkeinginan menjadi miskin. Beliau merupakan sahabat yang terkaya dan bergelimang harta diantara para sahabat Rasulullah ﷺ di zamannya karena dilatarbelakangi kepandaian dan keberhasilannya berwirausaha sehingga  رضي الله عنه dijuluki sebagai tangan emas. Apapun yang dikerjakannya selalu sukses dan membuahkan hasil yang besar.

Ummul Mukminin Aisyah رضي الله عنه pernah bercerita bahwasanya sahabat yang termasuk awal menerima hidayah agama Islam ini seringkali membawa pulang 700 kontainer dagangan seperti barisan pawai yang tidak ada putusnya. Dibalik kesuksesannya berniaga, sepupu dari Sa`ad bin Abi Waqqas رضي الله عنه ini tetap rajin mengisi waktunya duduk di majelis mempelajari ilmu agama dari Rasulullah ﷺ, maka tidaklah heran Umar bin Khathab رضي الله عنه menetapkannya termasuk enam sahabat yang menjadi ahli syura, demikian pula jika kita temui hadits yang diriwayatkan dari beliau.

Bahkan sekalipun ‘Abdurrahman sibuk urusan bisnisnya, beliau selalu ikut berjuang bersama dengan Rasulullah ﷺ sepanjang hidupnya, juga terlibat dalam berbagai misi dakwah Islam. Tidak hanya itu, Rasulullah ﷺ pun sempat menunaikan satu rakaat dari salat subuh dengan mengikut di belakangnya pada saat perang Tabuk. Suatu ketika Rasulullah ﷺ berkata,” ‘Abdurrahman bin ‘Auf akan masuk surga terakhir dengan cara merangkak karena terlalu kaya, sehingga dihisabnya paling lama.”

Mendengar hal tersebut, sang dermawan ini pun berpikir keras, bagaimana caranya agar ia kembali menjadi miskin supaya dapat memasuki surga lebih awal. Agar jatuh miskin, sahabat yang berasal dari Bani Zuhrah ini pernah menyedekahkan separuh hartanya pada zaman Nabi ﷺ. Setelah itu beliau bersedekah lagi sebanyak 40.000 dinar. ‘Abdurrahman bin ‘Auf juga pernah memberikan 200 uqiyah emas (1 uqiyah setara dengan kurang lebih 31 gram) untuk memenuhi kebutuhan logistik selama perang Tabuk.

Bukan itu saja, sang dermawan ini juga memberikan santunan 400 dinar kepada masing-masing veteran perang Badar yang jumlahnya mencapai 100 orang. Beliau juga menyumbangkan 40 ribu dinar, 500 ekor kuda, dan 1.500 unta untuk para pejuang.

Setelah Rasulullah ﷺ meninggal, ‘Abdurrahman bin ‘Auf رضي الله عنه bertugas menjaga kesejahteraan istri-istri mendiang Nabi Muhammad ﷺ. Ia menjaga keselamatan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Kendati demikian, harta yang sudah beliau tanamkan untuk investasi terus berkembang sehingga beliau selalu gagal untuk menjadi miskin.

Tidak hanya itu, hartawan bertangan emas yang dermawan ini juga pernah bersedekah dengan membeli kurma yang hampir busuk dari para sahabat di Madinah. Semua pedagang pun gembira karena kurma mereka bisa dijual, begitupun ‘Abdurrahman bin ‘Auf yang senang dapat menolong dan berharap akan jatuh miskin.

Namun, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengaku berasal dari utusan Yaman. Dia memberitakan bahwa di negerinya sedang terkena wabah penyakit menular, sehingga rajanya mengutusnya untuk mencari kurma busuk yang menurutnya sebagai salah satu obat yang bisa menyembuhkan dari penyakit menular itu. Akhirnya utusan raja Yaman tersebut memborong semua kurma milik ‘Abdurrahman bin ‘Auf dengan harga 10 kali dari harga kurma biasa. Berkat kedermawanannya itu, tidak membuat ‘Abdurrahman bin `Auf langsung jatuh miskin, justru kekayaannya terus meningkat.

Menjelang wafat, sahabat mulia yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah ﷺ ini sempat menangis karena khawatir akan apa yang dimilikinya tidak mampu menyelamatkannya kelak di akhirat. ‘Abdurrahman bin ‘Auf رضي الله عنه pun pernah berkata, "Sesungguhnya, Mush`ab bin Umair lebih baik dariku. Ia meninggal di masa Rasulullah dan ia tidak memiliki apa pun untuk dikafani. Hamzah bin Abdul Muthalib juga lebih baik dariku. Kami tidak mendapatkan kafan untuknya. Sesungguhnya, aku takut bila aku menjadi seseorang yang dipercepat kebaikannya di kehidupan dunia. Aku takut ditahan dari sahabat-sahabatku karena banyak hartaku."

Sebelum meninggal, ‘Abdurrahman bin ‘Auf berwasiat agar hartanya disumbangkan untuk kepentingan umat Islam. Menurut suatu riwayat, beliau menyedekahkan sekitar 50 ribu dinar untuk dakwah Islam. Hingga pada waktunya, sahabat yang lahir 10 tahun setelah peristiwa Gajah, bertepatan dengan 580 M ini wafat pada 31 H atau 652 Masehi pada usia 72 tahun di Madinah dan masuk dalam deretan 10 sahabat nabi ﷺ yang dijamin masuk surga.

Di saat ‘Abdurrahman bin ‘Auf merelakan semua hartanya agar jatuh miskin, saat itu pula Allah ﷻ memberikan limpahan harta berkali-kali lipat untuknya. Rupanya Allah ﷻ menakdirkan ‘Abdurrahman bin ‘Auf selalu kaya raya dan beliau pun berhasil menjadi dermawan yang luar biasa.

Baginya, warisan terbaik yang ditinggalkan saat meninggal bukanlah harta atau kekayaan, melainkan ajaran Islam dan teladan dari Rasulullah ﷺ. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US