• Oase

Sepenggal Kisah Hajar Aswad dan Hijr

Rizki Ramadhani | Minggu, 19/06/2022 08:52 WIB
Sepenggal Kisah Hajar Aswad dan Hijr Hajar Aswad (foto:inews)

Jakarta - Ka’bah yang berada di Mekah merupakan kiblat seluruh kaum muslim di dunia hingga akhir jaman. Karenanya kita perlu mengetahui yang terkait dengan Ka’bah.

Berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ dalam hadits riwayat Tirmidzi dan An-Nasa`I, kita diberitahu bahwa Hajar aswad adalah batu yang begitu putih, bahkan lebih putih dibandingkan susu yang diturunkan dari surga. Namun seiring waktu berubah menjadi hitam karena dosa manusia.

Hajar aswad, dahulu berbentuk satu bongkahan. Namun setelah terjadinya penjarahan yang terjadi pada tahun 317 H, pada masa pemerintahan al Qahir Billah Muhammad bin al Mu’tadhid dengan cara memukul dan mencongkel batu dari surga tersebut dari tempatnya hingga pecah menjadi delapan bongkahan kecil dan dibawa ke daerah Hajr (Ahsa), kemudian dipindahkan ke Kufah dan digantungkan pada tujuh tiang Masjid Kufah.

Hajar aswad kembali ke Mekah dan berada di tempatnya semula di sisi selatan Ka’bah pada tahun 339 H, Ibnu Katsir rahimahullah menyebutnya sebagai tahun berkah.

Ka’bah memiliki empat rukun, salah satunya adalah rukun hajar aswad yang memiliki dua keutamaan, yaitu terdapat letak qawa’id (pondasi) nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, dan di sana ada hajar aswad itu sendiri.

Selain mengusap batu yang mulia ini, disunahkan juga untuk mencium hajar aswad dalam rangka ibadah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, Rabb pemilik Ka’bah dan mengikuti sunah Rasulullah ﷺ.

Hajar Aswad pada hari kiamat akan memiliki dua mata dan lisan untuk menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya. (Berdasarkan HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Pada masa Al-Amin Muhammad ﷺ belum diangkat menjadi nabi, masyarakat Quraisy membangun Ka’bah yang telah rusak di beberapa bagiannya. Namun harta yang terkumpul terbatas menyebabkan pembangunan Ka`bah tidak seluas seperti bangunan Nabi Ibrahim `Alaihis Salam sebelumnya.

Mereka mengurangi besar bangunan Ka’bah, seperti hanya memberi tembok pendek di sisi utara sebagai tanda bagian dari Ka`bah, yang sekarang dikenal dengan Hijr, juga meninggikan pintu Ka`bah dari tanah, dan sedikit mengurangi dari sisi timur, yang dikenal dengan As-Syadzarwan.

Ketika hendak meletakan hajar aswad kembali, Al-Amin Muhammad ﷺ membentangkan kain lalu mengambil hajar aswad dan meletakkannya di atas kain tersebut, setelah itu setiap pemimpin kabilah memegang ujung kain dan mengangkat hajar aswad sampai ke tempatnya, kemudian diletakkan oleh Al-Amin Muhammad ﷺ sendiri untuk menghindari pertumpahan darah orang Quraisy dengan sesama saudara. Ini membuktikan kejujuran dan betapa terpercayanya beliau ﷺ serta memiliki keutamaan melebihi para pemuka Quraisy.

Dari sepenggal kisah ini dapat diketahui Hijr adalah bagian dari Ka’bah. Adapun penyebutan yang tepat adalah Hijr. Ada beberapa orang yang salah menyebutnya hijr Isma’il karena telah keliru mengira ada kaitannya Hijr di sini dengan nabi Isma’il ‘Alaihis Salam, ataupun kesalahan menganggap tempat dikuburkannya nabi Isma’il ‘Alaihis Salam atau kubur ibunya, Hajar. Dalam hadits, Nabi ﷺ menyebut Hijr dengan Jadr.

Kaum muslim yang salat sunah (tidak diperkenankan untuk salat wajib) di Hijr berarti telah salat di dalam Ka’bah. Rasulullah ﷺ pernah masuk Ka’bah lalu salat dua raka’at di dalamnya pada saat Fathul Makkah.

Semoga kaum muslim dapat menunaikan ibadah haji dan umroh hingga berkesempatan berada di kota kelahiran Nabi ﷺ tercinta, beribadah di Hijr, serta mengusap dan mencium hajar aswad. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US