• News

Diduga Dukung Pemberontak, Kongo Tangguhkan Penerbangan dari Rwanda

Yati Maulana | Minggu, 29/05/2022 12:15 WIB
Diduga Dukung Pemberontak, Kongo Tangguhkan Penerbangan dari Rwanda Sebanyak 72 ribu warga Kongo Timur tergusur dari desanya akibat pertempuran berlangsung pekan ini antara tentara dan pemberontak. Foto: Reuters

JAKARTA - Republik Demokratik Kongo telah memanggil duta besar Rwanda dan menangguhkan penerbangan RwandAir ke Kongo sebagai tanggapan atas apa yang dikatakannya sebagai dukungan Kigali untuk pemberontak M23 yang melakukan serangan militer di perbatasan timurnya.

Rwanda membantah mendukung pemberontak, yang maju sedekat 20 km (12 mil) minggu ini ke kota utama Goma di timur Kongo dan secara singkat merebut pangkalan militer terbesar di daerah itu.

Penyelidik Kongo dan PBB juga menuduh Kigali mendukung M23 selama pemberontakan 2012-2013 yang merebut Goma sebelum dipaksa mundur dan dikejar ke Uganda dan Rwanda. Kigali membantah melakukannya.

Juru bicara pemerintah Kongo Patrick Muyaya mengumumkan penangguhan penerbangan dari maskapai nasional Rwanda dan pemanggilan duta besar Jumat malam setelah pertemuan dewan pertahanan nasional.

Dia mengatakan pemerintah telah menetapkan M23 sebagai kelompok teroris dan akan mengecualikannya dari negosiasi yang diadakan di Kenya dengan kelompok-kelompok milisi yang aktif di Kongo timur.

"Peringatan dibuat untuk Rwanda, yang sikapnya kemungkinan akan mengganggu proses perdamaian di mana semua kelompok bersenjata, kecuali M23, berkomitmen pada jalan menuju perdamaian," kata Muyaya.

Pemerintah Rwanda tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai komentar pada hari Sabtu.

Di situs webnya, tentara Rwanda meminta pembebasan dua tentara Rwanda yang dikatakan "diculik" di sepanjang perbatasannya dengan Kongo.

Sebuah gambar yang beredar di media sosial dari dua pria berseragam militer Rwanda dikelilingi oleh tentara Kongo telah dikutip oleh pengguna Kongo sebagai bukti kehadiran tentara Rwanda di dalam Kongo.

Pemerintah Kongo belum mengomentari foto itu, tetapi Muyaya menyajikan rekaman video selama sambutannya yang menunjukkan amunisi dan seragam militer yang katanya milik pasukan Rwanda dan ditemukan oleh tentara Kongo.

M23 dan pemerintah Rwanda, pada gilirannya, menuduh tentara Kongo bekerja sama dengan Pasukan Demokratik untuk Pembebasan Rwanda (FDLR), sebuah milisi yang didirikan oleh etnis Hutu yang melarikan diri dari Rwanda setelah berpartisipasi dalam genosida tahun 1994. Kongo membantahnya.

Rwanda menginvasi Kongo pada tahun 1996 untuk mengejar milisi. Kongo Timur telah mengalami konflik yang hampir konstan sejak itu karena invasi asing dan pemberontakan oleh kelompok pemberontak.

FOLLOW US