• Gaya Hidup

Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Karya Dian Purnomo, Kisah Budaya Kawin Tangkap

Tri Umardini | Kamis, 17/03/2022 13:01 WIB
Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Karya Dian Purnomo, Kisah Budaya Kawin Tangkap Novel karya Dian Purnomo berjudul Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam. FOTO: HO/ENDAH/FIMELA

JAKARTA - Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam karya penulis wanita Indonesia, Dian Purnomo mengangkat tema dari budaya kawin tangkap yang ada di Sumba.

Buku ini mengisahkan pengalaman banyak perempuan korban kawin tangkap di Sumba. Seperti kisah Magi Diela yang mempunyai impian membangun Sumba, namun kini ia harus melawan orangtua, seisi kampung, dan adat yang ingin merenggut kemerdekaannya sebagai perempuan.

Buku yang sangat kritis ini ingin memperlihatkan budaya yang sangat merugikan perempuan dan seolah hanya dijadikan objek, tak punya pilihan, dan tidak boleh memiliki kebebasan.

Magi Diela sudah punya rencana untuk masa depan yang lebih baik.

Dia sangat mencintai rutinitasnya bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Pertanian Sumba.

Sudah punya rencana jangka panjang yang ingin ia lakukan untuk lebih mensejahterakan keluarganya.

Tapi siapa sangka sebuah kejadian yang menimpanya mengubah hidupnya sekaligus menghancurkan rencana masa depannya.

Magi menjadi korban tradisi kawin tangkap yang dilakukan secara melenceng dan jauh dari nilai-nilai luhur dan budaya.

Dalam waktu semalam, Magi merasa sudah menjadi tawanan. Leba Ali, pria baruh baya yang memang sejak Magi kecil sudah mengincar dirinya telah menodai dirinya.

Yang tak kalah mengejutkan adalah bagaimana ayah Magi bukannya menolongnya tapi malah ikut menjerumuskannya. Hidup Magi tak lagi sama.

Merasa tak punya harapan hidup lagi, Magi melakukan percobaan bunuh diri.

Meski nyawanya masih terselamatkan, tapi dunia Magi sudah berbeda. Tak ingin tunduk begitu saja pada tekanan untuk menerima Leba Ali sebagai suaminya, Magi pun memulai perjuangannya.

Perjuangan untuk mencari keadilan. Perjuangan untuk mendapat kebebasan dan kehidupan yang lebih baik, meski jalannya sangat berliku bahkan mempertaruhkan nyawanya.

Leba Ali telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperistri Magi. Untuk memuaskan hasrat dan nafsu birahinya, dia menjadikan tradisi kawin culik sebagai "tameng".

Magi sebagai pihak yang menjadi korban pun tak bisa langsung memperjuangkan hak dan keadilan. Bahkan sahabat baiknya, Dangu juga kesulitan untuk menolong Magi.

Bagaimanakah kisah perjuangan Magi, korban atas nama tradisi yang diselewengkan? Silakan membaca novel karya Dian Purnomo.

Judul: Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam
Penulis: Dian Purnomo
Editor: Ruth Priscilia Angelina
Penyelia naskah: Karina Anjani
Sampul: Bella Ansori
Foto: Dian Purnomo dan Ilham Octaperdana
Penata letak: Bayu Deden Priana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (*)

 

FOLLOW US