• News

Thailand Menolak Tuduhan Tutupi Wabah Flu Babi Afrika

Yati Maulana | Selasa, 11/01/2022 01:04 WIB
Thailand Menolak Tuduhan Tutupi Wabah Flu Babi Afrika Kenaikan harga daging babi di Thailand dicurigai karena wabah demam flu babi Afrika. Foto: Reuters

JAKARTA - Thailand membantah tuduhan telah menutup-nutupi wabah demam babi Afrika, setelah tes laboratorium universitas yang dilakukan bulan lalu menunjukkan seekor babi peliharaan telah mati karena penyakit itu.

Pihak berwenang Thailand selama bertahun-tahun membantah wabah lokal penyakit yang telah melanda Eropa dan Asia dalam beberapa tahun terakhir dan membunuh ratusan juta babi.

Pihak berwenang sebelumnya telah mengaitkan sebagian besar kematian babi peternakan dengan penyakit virus lain, yakni sindrom reproduksi dan pernapasan babi (PRRS).

Spekulasi telah berkembang dalam beberapa pekan terakhir bahwa wabah demam babi Afrika telah menghancurkan ternak babi Thailand, didorong oleh kenaikan tajam harga daging babi karena pasokan babi domestik yang lebih rendah.

"Kami telah mengikuti setiap prosedur. Kami tidak bisa menutupinya," kata Sorravis Thaneto, direktur jenderal Departemen Pengembangan Peternakan Thailand, dalam konferensi pers pada Senin, 10 Januari 2022 yang dikutip Reuters. "Jika kami menemukan penyakitnya, kami akan mengumumkannya sesuai prosedur."

Pihak berwenang telah mulai mengumpulkan sampel darah dari babi peternakan dan rumah jagal di provinsi peternakan babi untuk mencari penyakit tersebut, kata Sorravis.

Penyakit ini tidak berbahaya bagi manusia tetapi mematikan bagi babi. Wabah telah dilaporkan di Cina dan di antara tetangga Thailand, termasuk Vietnam, di mana setidaknya 230.000 babi dimusnahkan tahun lalu, tiga kali lipat jumlahnya pada tahun 2020.

Komentar Sorravis muncul setelah aktivis terkemuka Srisuwan Janya mengajukan pengaduan sebelumnya pada hari Senin di kantor anti-korupsi Thailand, menuduh dia dan dua menteri menyembunyikan wabah demam babi Afrika.

Universitas Kasetsart Thailand mengatakan beberapa hari lalu bahwa laboratoriumnya bulan lalu menemukan penyakit itu pada babi peliharaan yang mati, laporan semacam itu yang pertama di Thailand. Sebuah konsorsium dekan dari 14 institusi kedokteran hewan termasuk Universitas Kasetsart mengatakan mereka telah mengirim surat ke Sorravis pada awal Desember untuk memberitahukan penemuan itu.

Sorravis mengatakan dia belum pernah melihat surat itu, tetapi akan mencarinya.

Pihak berwenang pekan lalu mengatakan mereka mengantisipasi pasokan babi yang lebih rendah tahun ini dan menangguhkan ekspor babi hidup mulai Kamis hingga 5 April.

FOLLOW US