• Gaya Hidup

Mitos Sebut Payudara Besar Rentan Terkena Kanker, Benarkah? Ini Penjelasannya

Asrul | Rabu, 24/11/2021 14:25 WIB
Mitos Sebut Payudara Besar Rentan Terkena Kanker, Benarkah? Ini Penjelasannya Spesialis bedah onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta - Banyak mitos yang beredar di tengah masyarakat seputar kanker payudara. Salah satunya, perempuan dengan payudara besar rentan mengidap penyakit mematikan ini.

Namun rupanya tidak demikian. Spesialis bedah onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, dr. Walta Gautama, Sp.B(K)Onk menjelaskan bahwa ukuran payudara tidak memiliki korelasi dengan risiko kanker payudara.

"Menurut penelitian, tidak ada bedanya (risiko terkena kanker payudara), entah (ukuran) besar atau kecil. Sama risikonya," tegas dr. Walta dalam kegiatan virtual talkshow `Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara: Peduli Sadari dan Sadanis` hasil kerja sama Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenparekraf pada Rabu (24/11).

Umumnya, lanjut dr. Walta, perempuan dengan payudara besar baru terdeteksi mengalami kanker payudara saat sudah memasuki stadium tinggi. Sebaliknya, perempuan dengan payudara kecil lebih mudah mendeteksi kanker payudara saat masih stadium awal.

"Justru makin besar payudaranya makin susah diraba jika ada benjolan," terang dr. Walta.

Sementara itu, dr. Walta menyebut hampir 90 persen benjolan pada kanker payudara tidak terasa nyeri. Inilah yang menyebabkan banyak pasien lalai, dan baru memeriksakan diri pada stadium lanjut.

"Benjolan (kanker payudara) yang disertai nyeri itu kurang dari 10 persen. Ada pula yang mengalami gejala keluar cairan dari puting itu sekitar 2-3 persen," sebut dia.

Virtual Talkshow `Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara: Peduli Sadari dan Sadanis` dibuka oleh Ketua YKPI Linda Agum Gumelar. Dalam sambutannya, Linda menyebut lebih dari 70 persen pasien kanker payudara memeriksakan diri pada stadium lanjut.

"Saat ini angka kejadian kanker payudara di dunia mencapai 2,3 juta, dan 680 ribu kematian. Di Indonesia ada 66 ribu kasus baru dan lebih dari 22 ribu angka kematian," ungkap Linda.

Penasihat DWP Kemenparekraf, Nur Asia Sandiaga Uno mengapresiasi digelarnya virtual talkshow ini. Menurut dia, dengan skrining dan deteksi dini melalui Periksa Payudara Sendiri (Sadari) dan Periksa Payudara Secara Klinis (Sadanis), perempuan bisa mendapatkan penanganan sedini mungkin.

"Mulai sekarang mari kita bersama-sama menjaga kesehatan payudara kita, dan mulai hidup sehat," tutup Nur.

FOLLOW US