• Bisnis

Bank Indonesia: Penyaluran Kredit Perbankan Pada Februari Turun

Akhyar Zein | Kamis, 25/03/2021 21:14 WIB
Bank Indonesia: Penyaluran Kredit Perbankan Pada Februari Turun Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, (foto: JIBI)

Katakini.com – Bank Indonesia mencatat penyaluran kredit pada Februari turun 2,3 persen menjadi sebesar Rp5.417,3 triliun dibanding bulan sebelumnya yang hanya berkontraksi 2,3 persen secara tahunan.

“Pelemahan kinerja ini disebabkan penurunan kredit pada debitur pemerintah daerah dan industri keuangan non-bank (IKNB),” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam siaran pers, Kamis.

Kredit yang disalurkan pada Pemda dan IKNB mengalami kontraksi 14,3 persen, dari sebelumnya hanya turun 9,7 persen.

Sedangkan kredit pada korporasi dan debitur perorangan stabil meski tetap turun pada level -4,1 persen dan 0,6 persen.

Dari jenisnya, kredit yang melemah adalah kredit investasi dan konsumsi.

Sedangkan kredit modal kerja sedikit mengalami peningkatan dari Rp2.362,2 triliun menjadi Rp2.380,7 triliun.

Kredit investasi justru melemah lebih dalam sebesar -1,6 persen menjadi Rp1.437,3 triliun, padahal pada Januari hanya berkontraksi 0,9 persen pada angka Rp1.438,5 triliun.

Penyaluran kredit pada UMKM juga turun lebih dalam dibanding bulan lalu, dari -2,4 persen menjadi -2,7 persen pada jenis penggunaan investasi maupun modal kerja.


-Kredit bank asing dan swasta nasional masih minus

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menyoroti rendahnya penyaluran kredit pada kelompok Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) maupun bank asing pada Februari 2021.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan penyaluran kredit di bank umum swasta nasional minus 5 persen (yoy) pada Februari 2021.

Sedangkan penyaluran kredit di bank asing pada periode yang sama jatuh lebih dalam, minus 25 persen (yoy).

Wimboh mengatakan salah sebabnya adalah rendahnya permintaan kredit dari sekitar 200 debitur besar di masa pandemi.

“Neraca kredit debitur besar masih turun, karena mereka tidak memerlukan modal kerja sebesar sebelum Covid-19,” jelas Wimboh, dalam Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional secara virtual, Kamis.

"Kami menaruh perhatian betul yang swasta ini, kenapa? Ini akan kami lihat secara lebih detail, bahkan debitur per debitur, tentunya ini tugas OJK melihat, sehingga ada jawabannya," tambah Wimboh.

Namun, kata dia, penyaluran kredit untuk bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) mulai tumbuh positif.

“Kredit bank BUMN mampu tumbuh kurang lebih 1 dan Bank Pembangunan Daerah tumbuh 5,6 persen,” ujar Wimboh.

Wimboh optimistis sepanjang tahun ini pertumbuhan kredit akan membaik. Pada tahun ini OJK menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai 7,5 persen (yoy).

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi di tahun ini bisa tumbuh sesuai target di kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen.


-Jumlah uang beredar tumbuh lebih lambat

Sementara itu jumlah uang beredar dalam arti luas pada Februari mencapai Rp6.810,5 triliun tumbuh sebesar 11,3 persen, lebih rendah dari pertumbuhan Januari yang mencapai 11,8 persen.

Sedangkan pertumbuhan uang dalam arti sempit pada Februari mencapai 18,6 persen, tidak jauh berbeda dari bulan sebelumnya yang mencapai 18,7 persen.

Menurut BI, faktor-faktor  yang memengaruhi pertumbuhan peredaran uang adalah tingginya tagihan bersih kepada pemerintah pusat, perlambatan aktiva luar negeri bersih, dan penurunan kredit.

“Tagihan bersih kepada pemerintah tetap tinggi sebesar 50,8 persen, meskipun lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya sebesar 54,8 persen,” ujar BI.


FOLLOW US