• News

Puan, Bintang, dan Risma Bicara Perempuan Jalan Peradaban Indonesia

Asrul | Senin, 21/12/2020 17:23 WIB
Puan, Bintang, dan Risma Bicara Perempuan Jalan Peradaban Indonesia Puan Maharani, salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan

Jakarta, Katakini.com - DPP PDI Perjuangan (PDIP) menyebut peranan kaum perempuan dalam membangun jalan peradaban Indonesia sangatlah besar. Termasuk ketika Indonesia menghadapi pandemi covid-19.

Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan semua bisa melihat betapa pentingnya kaum perempuan. Di tengah lockdown di rumah akibat pandemi covid-19, para ibu sekaligus hadir sebagai pendidik anak-anaknya. 

"Bagaimana perempuan hadir untuk mencukupi kebutuhan gizi bagi keluarganya. Di tengah Covid, peran ibu penting. Bung Karno menegaskan, kaum perempuan adalah yang mula-mula induknya kultur. Perempuan lah yang membangun kultur yang utama dan bukan laki-laki," kata Hasto dalam sebuah Webinar yang digelar PDI Perjuangan, Senin (21/12/2020).

Webinar itu digelar dalam memperingati Hari Ibu 22 Desember 2020. Adapun temanya adalah “Perempuan Jalan Peradaban Indonesia”

PDIP selalu memberikan ruang yang besar bagi kaum perempuan. Ini bukan karena faktor elektoral semata. Namun langkah yang sesuai visi Bung Karno dan pesan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri terhadap kepeloporan perempuan.

"Kami berharap pesan Ibu Megawati Soekarnoputri dapat kita jalankan. Persoalan emansipasi perempuan bagian dari emansipasi bangsa. Artinya, keterlibatan dan kesadaran diri dari kaum perempuan untuk bersama kaum laki-laki, untuk mewujudkan Indonesia Merdeka," papar Hasto. 

Ketua DPP PDIP bidang Politik dan Keamanan, Puan Maharani mengingatkan separuh dari rakyat Indonesia adalah perempuan. Ini berarti separuh dari energi bangsa Indonesia adalah kaum perempuan. 

"Atau seperti Bung Karno sampaikan, perempuan adalah salah satu dari dua sayapnya seekor burung. maka jelas diperlukan perean aktif perempuan yang menyeluruh dan berkelanjutan. Apalagi perempuan berperan besar di dalam keluarga sebagai titik awal pendidikan anak di rumah," kata Puan.

Ketua DPR itu mengakui, hingga saat ini perempuan masih menghadapi banyak kendala. Baik dari sosial, ekonomi, hingga berbagai permasalahan lainnya. Yang paling utama, adalah menyadarkan bahwa menyertakan perempuan bukanlah pekerjaan afirmatif, namun merupakan kesadaran atas penghargaan harkat dan martabat manusia.

"Saya mengajak semua bahwa tahun 2021, sebagai tahun Indonesia menjawab semua tantangan, tahun pemulihan, tahun kebangkitan Indonesia dari pandemi covid-19," tegas Puan.

Pada webinar itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Bintang Puspayoga yang hadir sebagai narasumber mendorong perjuangan perempuan memerangi covid-19. 

"Yakni dengan memastikan keluarga dan lingkungan sekitar tetap aman dengan protokol kesehatan," kata Bintang. 

Di acara itu, hadir juga narasumber lainnya yaitu Walikota Surabaya yang juga Ketua DPP PDIP bidang kebudayaan Tri Rismaharini.

Bintang mengatakan perempuan sebagai pemimpin memiliki sensitivitas. Isu anak, penyandang disabilitas, lansia, dan sebagainya. Sehingga kebijakannya sesuai dengan kebutuhan kelompok-kelompok tersebut. 

"Oleh karena itu keterlibatan perempuan dalam kancah politik sangat dibutuhkan. Karena tidak ada kemajuan yang sesungguhnya tanpa kesejahteraan bagi seluruh rakyat," kata Bintang. 

Ketua DPP PDIP bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak, Sri Rahayu, menambahkan partainya konsisten mendorong partisipasi politik perempuan. Dengan berbagai cara, diantaranya dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Di 2020, total 28 orang perempuan terpilih menjadi Kepala/Wakil Kepala Daerah. 

"Dalam hal ini, PDI Perjuangan memang benar-benar menyiapkan pemimpin untuk rakyat, dengan melibatkan perempuan dalam politik karena PDI Perjuangan hendak menghadirkan politik keseharian, bukan wajah politik yang berorientasi pada kekuasaan dengan menghalalkan segala cara," kata Sri Rahayu.

Bagaimana contoh praktiknya? Walikota Risma mengatakan banyak pihak yang menganggap dirinya sukses memimpin Surabaya. Semua itu bisa terjadi karena peran perempuan dan laki-laki yang menjadi kader-kader. Misalnya, ada 27 ribu kader lingkungan yang bersama Pemkota Surabaya mengolah sampah menjadi kompos, misalnya.

Risma juga membawa Surabaya kader kesehatan dimana 98 persennya adalah perempuan. Mereka yang mengingatkan waktunya imunisasi anak dan pemeriksaan lansia gratis. Ada juga kader Ibu Pemantau Jentik yang jumlahnya sampai 237 ribu sehingga wabah DBD jangan sampai terjadi di kota itu. 

"Kami juga mempunya kampung pendidikan. Jadi kampung pendidikan ini sebetulnya judulnya bidikan, kami memantau harus anak-anak bisa sekolah. Awalnya begitu. Kemudian bergerak menjadi kampungne arek Suroboyo. Jadi mereka mengatur jadwal menonton tv, itu diatur. Kemudian ada yang piket. Jadi ada yang main-main di jalan saat waktunya belajar. Itu yang piket mengingatkan tak boleh keluyuran saat jam belajar. Ada kreasi juga ada yang latihan menari beladiri  dan sebagainya. Jadi di kampung itu digerakkan setiap anak punya prestasi," kata Risma menuturkan.

FOLLOW US