BENI - Jumlah korban tewas meningkat menjadi 41 orang menyusul serangan pada hari Jumat yang dilakukan oleh tersangka pemberontak Islam di desa-desa di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Juru bicara militer Kongo mengatakan total korban jiwa mencapai lebih dari 80 sejak Selasa.
Serangan Jumat malam, di desa Masala, Mapasana dan Mahini, dilakukan oleh anggota Pasukan Demokratik Sekutu (ADF), kata Letnan Kolonel Mak Hazukay, juru bicara militer di provinsi Kivu Utara, Kongo.
ADF, yang kini bermarkas di Kongo timur, telah berjanji setia kepada ISIS dan sering melakukan serangan, sehingga semakin mengganggu stabilitas wilayah di mana banyak kelompok militan aktif.
Kelompok ini berasal dari negara tetangga, Uganda, dan diduga berada di balik berbagai serangan di wilayah tersebut selama seminggu terakhir, termasuk serangan di desa Masawu yang menewaskan 17 orang, kata dua pemimpin masyarakat sipil.
Pada hari Kamis, lima jenazah ditemukan di desa Kabweli dan Mamulese, menurut Justin Kavalami, seorang anggota masyarakat sipil yang membantu mencari jenazah. Pada hari yang sama, enam jenazah ditemukan di sungai di desa Mununze, kata kepala desa tersebut.
Pada hari Jumat, 13 mayat ditemukan di desa Makobu, kata seorang pemimpin masyarakat sipil dan kepala desa, sehingga jumlah total orang yang dibunuh oleh tersangka militan ADF sejak Selasa menjadi 82 orang.
ADF tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Selama serangan pada Jumat malam, orang-orang bersenjata menggunakan senjata dan parang untuk menyerang penduduk desa di wilayah Beni, kata pejabat setempat Fabien Kakule kepada Reuters.
Vusindi Nick Junior, seorang pemimpin masyarakat sipil setempat, mengatakan sebuah pusat kesehatan setempat telah dibakar dan sembilan orang terluka selain 41 orang yang tewas.
“Beberapa lusin warga sipil telah menjadi korban ADF di DRC timur dalam beberapa hari terakhir,” kata juru bicara urusan luar negeri Uni Eropa Nabila Massrali, sambil menambahkan ada kebutuhan mendesak untuk mempercepat upaya menemukan solusi politik.
“Kelompok teroris mengambil keuntungan dari kekacauan ini untuk memperluas kekuasaan mereka di wilayah yang sudah sangat tidak stabil,” katanya.
Julien Paluku, mantan gubernur Kivu Utara, mengatakan pada X bahwa pemerintah pusat Kongo perlu berbuat lebih banyak untuk mengatasi ketidakamanan di wilayah timur. Pemerintah belum membuat pernyataan apa pun mengenai serangan hari Jumat itu, dan juru bicara pemerintah tidak menanggapi permintaan komentar.
“Orang-orang mempunyai kesan, benar atau salah, ditinggalkan dan mengalami nasib menyedihkan,” katanya.