• News

Serangan AS Mendorong Pemerintah Irak untuk Akhiri Misi Koalisi Pimpinan AS

Yati Maulana | Jum'at, 09/02/2024 14:30 WIB
Serangan AS Mendorong Pemerintah Irak untuk Akhiri Misi Koalisi Pimpinan AS Ambulans membawa peti mati anggota kelompok bersenjata Syiah Irak, saat pemakaman di Bagdad, Irak 4 Februari 2024. Foto: Reuters

BAGHDAD - Serangan AS yang berulang-ulang terhadap kelompok bersenjata yang didukung Iran di Irak mendorong pemerintah Baghdad untuk mengakhiri misi koalisi pimpinan AS di negara itu, kata juru bicara militer perdana menteri pada Kamis.

Militer AS mengatakan salah satu serangan pada hari Rabu telah menewaskan seorang komandan Kataib Hezbollah, sebuah kelompok bersenjata yang didukung Iran di Irak yang dituduh Pentagon menyerang pasukannya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menggambarkan serangan AS sebagai “contoh nyata terorisme negara Amerika” dan pelanggaran terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Irak.

Yahya Rasool, juru bicara militer Perdana Menteri Irak Shia al-Sudani, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa koalisi pimpinan AS "telah menjadi faktor ketidakstabilan dan mengancam untuk melibatkan Irak dalam siklus konflik".

Pembicaraan dimulai pada bulan Januari mengenai masa depan koalisi, namun kurang dari 24 jam kemudian tiga tentara AS tewas dalam serangan di Yordania yang menurut AS dilakukan oleh kelompok militan yang didukung Iran di Suriah dan Irak.

Perundingan tersebut terhenti, dan Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein menyerukan dimulainya kembali pembicaraan tersebut melalui panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Selasa.

Setiap diskusi mengenai masa depan koalisi diperkirakan akan memakan waktu berbulan-bulan, bahkan mungkin lebih lama, dan hasilnya tidak jelas.
Koalisi militer internasional pimpinan AS di Irak dibentuk untuk melawan ISIS. Amerika Serikat memiliki 2.500 tentara di Irak, memberikan nasihat dan membantu pasukan lokal untuk mencegah kebangkitan kelompok tersebut.

Sejak perang Israel-Hamas di Gaza dimulai pada bulan Oktober, Irak dan Suriah hampir setiap hari menjadi saksi serangan balasan antara kelompok bersenjata garis keras yang didukung Iran dan pasukan AS yang ditempatkan di wilayah tersebut.

FOLLOW US