Dua pil oleh raksasa farmasi Amerika Serikat (AS) itu mewakili langkah yang berpotensi menjadi terobosan dalam perang melawan virus corona karena penelitian menunjukkan bahwa mereka mengurangi risiko rawat inap dan kematian pada pasien berisiko tinggi.
Kesepakatan itu kira-kira dua kali ukuran kontrak yang dimiliki pemerintah AS dengan Merck, meskipun harga pil Pfizer lebih rendah sekitar US$530 per kursus dibandingkan dengan sekitar US$700 untuk Merck.
Pfizer pada Jumat mengatakan hasil uji coba menunjukkan bahwa Paxlovid buatannya mengurangi 89 persen risiko rawat inap atau kematian pada pasien yang berisiko tinggi sakit parah dalam waktu tiga hari sejak timbulnya gejala COVID-19.
Merck juga mengumumkan pada Rabu (6/10) perjanjian pasokan dan pembelian dengan Singapura, mengikuti Australia, sementara Thailand, Taiwan dan Malaysia mengatakan sedang dalam pembicaraan untuk membelinya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada November mengeluarkan rekomendasi bersyarat terhadap penggunaan Remdesivir pada pasien. Badan tersebut mengatakan tidak ada bukti, obat tersebut meningkatkan kelangsungan hidup dan hasil lain pada pasien ini.
Obat antivirus, di antara yang pertama digunakan sebagai pengobatan untuk COVID-19, adalah salah satu obat yang baru-baru ini digunakan untuk mengobati infeksi virus corona Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.