BUDAPEST - Keputusan Ukraina untuk mencegah mantan presiden Petro Poroshenko meninggalkan negara itu awal bulan ini untuk bertemu perdana menteri Hongaria menimbulkan pertanyaan mengenai ambisi Kyiv di Uni Eropa, kata Viktor Orban.

Badan keamanan Ukraina mengatakan pada 2 Desember bahwa mereka telah mencegah Poroshenko meninggalkan Ukraina dengan alasan bahwa Rusia berencana mengeksploitasi rencana pertemuan dengan Orban untuk merugikan kepentingan Ukraina.

Partai politik Poroshenko, Solidaritas Eropa, mengatakan mantan presiden tersebut hanya menjadwalkan pertemuan di Polandia dan Amerika Serikat dan memperingatkan dinas keamanan SBU agar tidak terlibat dalam politik. Kantor Orban tidak berkomentar pada saat itu.

Pada hari Kamis, ketika ditanya langsung tentang keputusan Ukraina, Orban mengatakan fakta bahwa Ukraina memberlakukan peraturan khusus di masa perang adalah hal yang “dapat diterima.”

“Tetapi muncul pertanyaan, jika pertemuan antara warga negara Ukraina dan perdana menteri Hongaria membawa risiko keamanan nasional, lalu bagaimana mereka ingin menjadi anggota UE? Tapi biarkan saja nanti.”

SBU mengatakan Poroshenko berencana bertemu Orban, yang menjaga hubungan dengan pemimpin Kremlin Vladimir Putin.

Ketika ditanya tentang pembicaraan terakhirnya dengan Putin di Beijing pada bulan Oktober, Orban berkata:

“Saya merasa wajar jika begitu kami berada di Beijing, kami harus bertemu,” kata Orban, seraya menambahkan bahwa ia sendiri yang akan memulai pertemuan tersebut, seandainya Rusia tidak menawarkannya.

Orban berselisih dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengenai beberapa masalah terkait upaya Ukraina untuk menjadi anggota UE.

Pekan lalu, seluruh 27 negara Uni Eropa kecuali Hungaria sepakat untuk memulai perundingan aksesi dengan Ukraina meskipun ada invasi oleh Rusia, dan mengabaikan keberatan Orban dengan meminta dia meninggalkan ruang tersebut ketika para pemimpin mengambil keputusan.

Poroshenko adalah presiden Ukraina dari tahun 2014 hingga 2019.