• Bisnis

NFA Tegaskan Bantuan Pangan Beras Tak Terkait Politik

Eko Budhiarto | Rabu, 13/12/2023 20:45 WIB
NFA Tegaskan Bantuan Pangan Beras Tak Terkait Politik Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mendampingi Presiden Joko Widodo menyaksikan penyaluran bantuan pangan beras di Gudang Perum Bulog Bondansari, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (13/12/2023). (foto:NFA)

PEKALONGAN – Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menegaskan pemberian bantuan pangan beras tidak berkaitan dengan politik menjelang Pemilu 2024.

Arief menyampaikan hal itu di sela mendampingi Presiden Joko Widodo menyaksikan penyaluran bantuan pangan beras di Gudang Perum Bulog Bondansari, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (13/12/2023).

Sementara itu, kepada masyarakat penerima bantuan, Presiden menyatakan akan memperpanjang hingga Maret 2024.

"Sudah diterima semuanya (bantuan pangan beras) yang 10 kg? September Oktober November Desember, sudah semuanya? Empat kali benar? Mau dilanjutkan? Ya, nanti bulan Januari Februari Maret (tahun depan) yang 10 kg dilanjutkan (bantuan pangan beras). Yang tidak setuju Januari Februari Maret dilanjutkan (tahun depan) tunjuk jari? (Jadi) Januari Februari Maret akan diberikan 10 kg, 10 kg, 10 kg,” tutur Presiden saat menjumpai 1.002 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang hadir.

“Ceritanya ini kan ada perubahan iklim. Udara panas sehingga banyak yang gagal panen. Terus karena gagal panen, gabahnya produksinya menyusut (sehingga) kurang. Terus harga berasnya naik. (Dengan adanya bantuan dari pemerintah) Ibu dan bapak semuanya tidak terlalu terbebani oleh kenaikan harga yang ada. Karena di semua negara yang namanya gandum, yang namanya beras, yang namanya jagung, semuanya naik. Semua negara tidak terkecuali di Indonesia, ditambah lagi perang di Ukraina, tambah lagi perang di Gaza. (Ini) untuk memperkuat daya beli masyarakat. Tujuannya itu,” terang Kepala Negara.

Di tempat yang sama, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, bantuan pangan beras yang terus digelontorkan oleh pemerintah ini urgen. Sebab, sangat dibutuhkan oleh masyarakat desil satu. Ini untuk memberi sokongan insentif demi meminimalisir dampak harga pangan yang dirasakan masyarakat.

“Bantuan pangan beras ini sebagaimana disampaikan oleh Bapak Presiden, di Desember ini diberikan kepada 21,3 juta KPM. Kemudian tadi beliau menyampaikan akan dilanjutkan pada bulan Januari Februari Maret tahun depan. Itu nanti jumlahnya ada kenaikan sekitar 8 persen menjadi 22 juta KPM,” terang Arief saat ditemui awak media.

“Ini tidak ada kaitannya dengan politik. Sekali lagi ini demi membantu masyarakat desil satu. Yang jelas saudara-saudara kita tersebut sangat memerlukan beras. Daftar penerimanya dari Kemenko PMK (Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) dan daftarnya selalu di update,” sambungnya.

Arief menekankan tujuan bantuan pangan beras ini senada dengan arahan Presiden Joko Widodo, yaitu untuk mengurangi beban masyarakat. Ini menimbang adanya eskalasi harga beras yang terjadi tidak hanya di Indonesia, namun juga dialami secara global.

“Jadi kenapa ini dibantu oleh bantuan pangan beras, karena memang harga beras saat ini, menjadi harga beras tertinggi sepanjang tahun ini. Angkanya sekitar Rp 14.000-15.000. Sebelumnya kan sekitar Rp 12.000-12.500. Tapi ini tidak hanya di Indonesia. Memang di seluruh dunia kondisinya juga seperti ini,” ungkap Arief.

Sebagaimana diketahui, FAO (The Food and Agriculture Organization) dalam laporannya menyebutkan indeks harga beras dunia pada Agustus tahun ini berada di angka tertinggi selama 4 tahun terakhir, yaitu 142,4. Dalam perkembangannya, indeks harga beras dunia mulai sedikit menurun dan terakhir di November berada di indeks 138,9. Indeks tersebut sama persis dengan indeks Oktober tahun yang sama.

Sementara itu, pergerakan harga beras di tingkat konsumen yang ada di dalam negeri, sebagaimana data dari Panel Harga Pangan NFA, pada 1 Oktober tercatat harga rata-rata beras medium di semua provinsi berada di Rp 13.220 per kg. Dari rentang waktu itu, fluktuasi harga mulai menunjukan adanya kestabilan dan mengalami depresiasi 40 poin pada 12 Desember menjadi Rp 13.180 per kg.

“Eskalasi harga beras terjadi karena ada kenaikan harga pupuk, jadi faktor-faktor variable cost seperti pupuk, kemudian BBM (Bahan Bakar Minyak), transportasi, biaya logistik, ini semua menjadi faktor pendukung harga beras. Kita juga sedang ingin meningkatkan harga di tingkat petani. Jadi harga di tingkat petani hari ini, kalau tadi mengikuti Bapak Presiden, angkanya di atas Rp 7.000. Itu untuk harga gabah kering panen,” tandasnya.

Lebih lanjut, pemerintah terus bersiap menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), terutama dalam penyiapan stok pangan yang memadai bagi masyarakat secara luas. Kepala NFA menjamin ketersediaan pangan untuk Nataru sudah aman dan senantiasa cukup.

“Seminggu terakhir ini bersama Bapak Menko Perekonomian, Bapak Menteri Perdagangan, Bapak Menteri Pertanian, dan Bapak Menteri Perindustrian, kita sudah siapkan untuk Nataru. Prognosa dari kebutuhan pangan versus kebutuhan kita, itu cukup,” tutur Arief.

“Kemudian konsentrasi yang paling tinggi menjelang Nataru ini kalau berdasarkan inflasi bulan sebelumnya, yang tertinggi adalah beras, lalu cabai, dan satu lagi nanti gula. Untuk itu, pemerintah terus mempersiapkan ketersediaan stok untuk beras, cabai, dan gula. Dengan ini untuk Nataru nanti, kita pastikan stok pangan aman,” pungkas Kepala NFA.

Lebih lanjut, progres pelaksanaan penyaluran bantuan pangan beras tahap kedua secara nasional per 12 Desember telah memperoleh persentase hingga 86,12 persen. Persentase tersebut ekuivalen dengan 735.369.980 kg dari total pagu 853.851.760 kg. Untuk lingkup Jawa Tengah, realisasi bantuan pangan beras telah menyentuh 88,78 persen atau 123.440.570 kg dari alokasi 139.044.080 kg.

Kegiatan Presiden di Pekalongan hari ini turut hadir antara lain Menteri Koordinator Bidang PMK Muhadjir Effendy, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Bupati Pekalongan Fadia Arafiq, dan Direktur Human Capital Perum Bulog Purnomo Sinar Hadi.

 

FOLLOW US