KOLAKA - Pertanian organik yang digagas Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling-up Innitiative (READSI) mulai dirasakan dampak positifnya oleh sejumlah petani yang tergabung dalam kelompok tani (Poktan) di Kolaka.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menyampaikan, upaya meningkatkan produktivitas, kualitas, kontinuitas pertanian harus memperhatikan lingkungan.
"Percuma kita menggenjot produktivitas pertanian jika lingkungan tercemar oleh gas-gas beracun. Jadi, kita harus naik kelas berarti tidak hanya menggenjot produkitivas, tetapi juga wajib hukumnya memelihara lingkungan," kata Dedi.
Petani tanaman hortikultura di Desa Puubunga, Budi Prihatin mengatakan, kesadaran petani akan pentingnya pertanian organik untuk lingkungan dan kesehatan mulai berkembang setelah mendapatkan pelatihan dari READSI.
"Ketertarikan terhadap pertanian organik muncul dari kesadaran karena binaan READSI ini mengajarkan kita pengetahuan akan kesehatan yang berkelanjutan. Yang dulu semuanya menggunakan racun, di READSI sudah tidak lagi," katanya di Desa Puubunga, Kecamatan Baula, Kabupaten Kolaka, Kamis (7/12).
Mewakili P4S Urban Organik Puubunga dan Kelompok Tulus Maju, dia mengapresiasi pelatihan smart farming dan pengelolaan pupuk dari READSI. Berkat pelatihan tersebut, lanjut dia, mereka mampu memproduksi mandiri pupuk organik secara mandiri dari limbah hasil panen.
"Dampaknya tentu sangat baik karena selain menjaga flora dan fauna tetap hidup, juga mungkin bisa menyehatkan generasi penerus bangsa. Dari sisi produktivitasnya, kita pupuk sudah tidak beli. Kedua, ramah lingkungan, dan lebih murah,” katanya.
Di antara pelatihan pertanian organik yang paling berdampak positif untuk petani adalah bio input, di mana petani diajarkan tata cara mengelola limbah dan sampah menjadi rupiah.
"Sebelum mengenal pertanian organik, kita mau panen sayur, pupuk kimia harus beli dulu. Kimia sekarang langkah. Setelah mengenal READSI, kita nggak bingung lagi, mau ada kimia atau tidak ada kimia, kita nggak pusing sendiri," tuturnya.
Terpisah Ketua Kelompok Tani Teluno Jaya, Rustam, yang ditemui di RW III Teluno, Kelurahan Mangolo, Kecamatan Latambaga, Kabupaten Kolaka, mengatakan, pertanian organik dari READSI sesuai diharapkan oleh petani.
"Awalnya kami menggunakan pupuk kimia bagus, akan tetapi ada efek sampingnya. Di antaranya, tanah itu bisa menjadi kurus dan kemudian membuat tanaman tidak maksimal ke depannya," katanya.
Dia mengatakan tertarik mengembangkan pertanian organik setelah mengikuti pelatihan dan magang dari READSI. "Kami magang di Bali melihat saudara-saudara kami bertani di Bali. Petani di sana menggunakan pupuk organik ternyata hasilnya sangat luar biasa," ujarnya.
Dia mengatakan, pertanian organik ini sangat mudah karena bahan-bahannya sudah tersedia di alam. Di samping itu, pengelolaan tanah dan pembuatan komposnya juga sudah mereka pahami melalui kegiatan Bio Input.
"Alhamdulillah, kemarin kami menanam timun itu hasilnya luar biasa dibandingkan teman-teman yang menggunakan kimia. Kalau yang memakai kimia interval waktu penennya hanya tujuh sampai delapan, kalau kita bisa sampai 15, 17," katanya.
"Satu hektare kita menanam sayuran timun, satu bungkus. Satu bungkus itu 1.000 batang. Penghasilnya dalam satu bungkus itu kalau menggunakan pupuk kimia palingan 80 karung. Setelah kita menggunakan pupuk organik bisa sampai 80, 90, 100 karung. Karena itu tadi interval waktu panennya panjang," sambungnya.
Selain itu, kata dia, tanaman yang penggunaan pupuk organik tidak terlalu banyak penyakit. Kedua, pertumbuhan tanaman walaupun agak lambat, batangnya kuat. Ketiga Buahnya juah lebih besar.
"Keempat, kami sudah diaplikasikan di semangka, ternyata penggunaan pupuk organik pada tanaman semangka menambah rasa gurih dan manis," katanya.
Dia juga menyampaikan, pupuk organik yang mereka kembangkan saat ini masih sebatas untuk memenuhi kebutuhan kelompok karena keterbatasan alat.
"Karena kita belum punya wadah yang besar membuat pupuk tersebut. Sebetulnya sudah banyak permintaan dari petani akan tetapi itu belum ada tempatnya, alatnya, dan sebagainya," ujarnya.