• Info MPR

HNW Ingatkan Generasi Muda Ambil Inisiatif, Selamatkan Kiblat Bangsa

Agus Mughni Muttaqin | Kamis, 26/10/2023 17:45 WIB
HNW Ingatkan Generasi Muda Ambil Inisiatif, Selamatkan Kiblat Bangsa Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid atau HNW (tengah) menjadi narasumber dalam Konferensi Pemuda Parlemen Indonesia, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senayan, Rabu (25/10/2023). (Foto: Humas MPR)

JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid atau HNW mengapresiasi terbentuknya perkumpulan Pemuda Parlemen Indonesia, dan mengingatkan agar mereka berani maju ke depan menjadi inisiator, melanjutkan peran mensejarah para Pemuda termasuk dalam meluruskan kiblat bangsa melalui Parlemen.

Karena terbukti Perlemen Indonesia sangat berjasa untuk rakyat dan negara Indonesia dengan mengembalikan bentuk Negara dari RIS kembali menjadi NKRI melalui Mosi Integral Ketua Fraksi Partai Masyumi di Parlemen RIS pada 1950, dan pada 1998 dengan sukses menghadirkan tuntutan Reformasi yaitu amandemen terhadap UUD 45. Dan itu semua terkait dengan peristiwa politik atau yang terhubung dengan partai politik.

Maka wajarnya, anak-anak muda yang adalah mayoritas pemilih di Indonesia mengulangi dan melanjutkan peran mensejarah tersebut. Apalagi generasi muda telah diberi ruang sangat luas oleh era Reformasi, maka menjadi penting hadirnya komunitas Parlemen Pemuda Indonesia menjadi inspirasi aktif bergerak, berada di garda terdepan, mengedukasi dan menyadarkan para pemuda Indonesia agar tidak apolitik, bahkan agar memaksimalkan peluang yang ada, demi masa depan generasi muda, mempergunakan kedaulatan yang diberikan oleh Konsitusi dengan tidak memubadzirkan hak pilih, agar bisa memilih pemimpin atau wakil takyat dengan baik dan benar dalam Pemilu 2024 yang akan datang.

“Jangan sampai pemuda Indonesia sebagai pemilik peran mensejarah dan sekaligus pemilik kedaulatan malah terbawa framing persepsi tentang generasi milenial, generasi Z, yang digambarkan sebagai generasi yang tidak mau berpolitik, tidak mau repot, inginnya yang instan serta santai, lalu akhirnya memilih golput. Kalaupun memilih, maka memilihnya ya hanya dengan semangat hura-hura dan asal-asalan. Sehinga mereka yang terpilih sebagai pimpinan nasional atau wakil rakyat, bukanlah representasi yang terbaik untuk Indonesia pada masa sekarang maupun yang akan datang,” kata HNW saat menjadi narasumber dalam Konferensi Pemuda Parlemen Indonesia yang berlangsung di Ruang Rapat Komisi II, Gedung Nusantara I, Komplek Parlemen Jakarta, Senayan, Rabu (25/10/2023).

HNW mengingatkan jika anak-anak muda asal memilih maka hasilnya juga asal-asalan. Anggota parlemen yang terpilih asal-asalan, pimpinan eksekutif juga asal-asalan.

“Negeri kita bukanlah negeri asal-asalan. Maka jangan sampai budaya berpolitik bangsa Indonesia dan generasi mudanya juga asal-asalan. Indonesia adalah negara yang merdeka karena perjuangan. Ini bukan negeri asal-asalan. Potensi Indonesia sangat luar bisa. SDA luar biasa kaya raya. Jati diri Indonesia sangat dihormati bangsa-bangsa dunia. Maka sewajarnya bila Parlemen dan pimpinan Pemerintah yang dipilih oleh kaum muda juga bukan yang asal-asalan," katanya.

Menurut HNW, dari sisi konstitusi, semua sudah diberikan landasan konstitusionalnya. “Tinggal bagaimana konsistensi menjalankan konstitusi. Ini yang penting untuk selalu diingatkan pada anak-anak muda. Pemuda Parlemen Indonesia yang rasional, kritis, yang datang dari seluruh Indonesia bisa menyegarkan kembali semangat reformasi, semangat anak-anak muda dari tahun 20-an, 50-an, dan tahun 98-an dengan reformasi itu,” ujarnya.

Karena itu, lanjut HNW, anak-anak muda sudah sewajarnya kembali ambil inisiatif, tampil di garda terdepan melanjutkan peran-peran sejarah yang semuanya sangat mungkin untuk terulang. Kemerdekaan Indonesia diinisasi anak-anak muda. Pada 1923-1924, anak-anak muda terpelajar yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia di Belanda untuk pertamakali membawa nama “Indonesia”. Kemudian anak-anak muda ini berkomunikasi dengan simpul-simpul seperti Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong Celebes, dan lainnya termasuk Jong Islamieten Bond. Mereka kemudian menguatkan simpul itu melalui Soempah Pemoeda pada 28 Oktober 1928.

“Para pemuda ini menyiapkan Indonesia merdeka 20 tahun ke depan, pada tahun 1945. Sekarang tahun 2023-2024, maka 20 tahun yang akan datang anak-anak muda akan bertemu dengan Indonesia Emas, yaitu 100 tahun Indonesia Merdeka. Sejarah adalah pengulangan. Ada siklus 100-tahun, ada siklus 20 tahun. Dulu, 1928, 20 tahun berikutnya Indonesia merdeka. Sekarang 2023-2024, menuju 2045. Maka siapkan diri Anda semua para aktifis Pemuda Parlemen Indonesia untuk menyemangati dan mengedukasi warga, agar warga Indonesia mempunyai kesadaran kolektif, menyelamatkan bangsa dan negara, menuju tahun emas 2045,” ujarnya.

HNW menguraikan pada masa Reformasi, anak-anak muda kembali melaksanakan peran mensejarahnya dan meluruskan kiblat bangsa. Tuntutan Reformasi itu antara lain menolak KKN dan melakukan amandemen UUD 1945 agar kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan cita-cita Proklamasi dan menciptakan kehidupan yang demokratis. Karena itu, setelah UUD diamandemen, kedaulatan berada di tangan rakyat, bukan lagi di MPR. Pemilik kedaulatan tertinggi adalah rakyat, seperti tertuang dalam Pasal 1 ayat 2 UUD NRI Tahun 1945.

Tuntutan reformasi juga menghasilkan Indonesia adalah negara hukum. Juga penghormatan atas hak asasi manusia (pasal 28 a hingga 28 j). “Saat reformasi, anak-anak muda sudah beperan. Peran itu sangat mungkin untuk dilanjutkan oleh komunitas muda termasuk Perhimpunan Parlemen Indonesia, dengan berpegangan pada prinsip kedaulatan di tangan rakyat, pelaksanaan HAM, juga prinsip negara hukum. Mayoritas Rakyat Indonesia adalah anak-anak muda, baik generasi milenial, generasi Z, dan generasi Alpha. Seharusnyalah komunitas Pemuda Parlemen Indonesia dapat berkolaborasi dengan anak-anak muda dan pihak-pihak senior lainnya, agar peluang dan kesempatan konstitusional yang diberikan Reformasi ini, tidak menjadi mubadzir, agar segala macam tantangan dan rintangan menuju Indonesia Emas tahun 2045 dapat diatasi dan segala peluang yang ada baik di tingkat nasional maupun global, dapat dipergunakan untuk mewujudkan spirit Proklamasi dan cita-cita Reformasi,” ujarnya.

FOLLOW US