• News

Pemimpin Tidak Peduli Lingkungan Harus Mendapat Risiko Politik

Pamudji Slamet | Kamis, 26/10/2023 16:15 WIB
Pemimpin Tidak Peduli Lingkungan Harus Mendapat Risiko Politik Kandidat Presiden Pilpres 2024

JAKARTA - Pemimpin yang tidak peduli lingkungan harus mendapat risiko politik. Di sisi lain, guna mengatasi persoalan lingkungan dibutuhkan pemimpin yang berani melakukan pilihan sulit.

Benang merah tersebut mengemuka dalam webinar "Mencari Figur Pemimpin Pro Lingkungan", yang diselenggarakan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bekerja sama dengan BBC Media Action, yang diikuti dari Jakarta, Kamis (26/10/2023).

Webinar menghadirkan pembicara Chairman of Indonesia Expert Network For Climate Change and Forestry Universitas Indonesia Dr.Ir.Mahawan Karuniasa, Program Adviser for Climate and Forestry ESG Researcher Universitas Binus Dayu Nirma Amurwanti, serta Senior Researcher and Analyst Indikator Politik Indonesia Kennedy Muslim.

Mahawan berpandangan, pada dekade ke depan Indonesia akan menghadapi krisis global, dimana dibutuhkan figur pemimpin yang pro terhadap pembangunan berkelanjutan. Hingga kini konsep pembangunan di Indonesia belum berkelanjutan, dengan indikator menurunnya indeks lingkungan hidup di tengah membaiknya indeks ekonomi.

"Lima tahun ke depan menjadi pilar Indonesia menghadapi krisis global. Dari sembilan indikator keamanan bumi, enam sudah tidak aman " ujar Mahawan.

Figur pemimpin lima tahun ke depan, lanjut Mahawan, wajib mengarusutamakan politik dan ekonomi yang ramah lingkungan. Pengarusutamaan ini akan mampu menjaga dan menempatkan pemakaian Sumber Daya Alam (SDA) secara berlelanjutan.

"Maka, jika ada pemimpin yang tidak peduli lingkungan harus mendapat risiko politik, " kata Mahawan menegaskan.

Terkait hal itu, Mahawan menyoroti kualitas komunikasi antara politisi dan konstituen. Materi komunikasi antara keduanya, menurut dia, harus keluar dari zona nyaman, dimana salah satunya meski berani mengangkat isu lingkungan.

"Politisi mestinya menawarkan pembicaraan isu lingkungan, atau sebaliknya, konstituen yang menuntut hal itu, " ujar Mahawan.

Sementara itu, Dayu Nirma Amurwanti menilai, pemimpin ke depan harus berani melakukan pilihan-pilihan sulit, khususnya ketika mengeluarkan kebijakan lingkungan. Pilihan sulit harus dilakukan, karena kata Dayu, persoalan lingkungan saat ini membutuhkan langkah-langkah percepatan, yang diawali dengan kebijakan sulit.

Hanya saja, biasanya pilihan-pilihan sulit tersebut memunculkan risiko yang tidak ringan.

"Diantaranya, dia akan kehilangan popularitas, mungkin juga pencabutan dukungan, juga hilangnya peluang," ujar Dayu.

Pemimpian yan berani mengambil pilihan sulit, menurut Dayu, bisa ditelusuri melalui rekam jejak sebelumnya.

"Bisa dilihat bagaimana sikap mereka dalam menghadapi konflik ekonomi, politik, dan lingkungan, ketika menjabat (jabatan sebelumnya)," kata Dayu.

 

 

 

FOLLOW US