• Info MPR

HNW: Harmoni Islam dan Negara Harus Terus Dijaga

Agus Mughni Muttaqin | Kamis, 28/09/2023 18:30 WIB
HNW: Harmoni Islam dan Negara Harus Terus Dijaga Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid atau HNW menghadiri gelar acara Sujud Syukur dan Pembukaan Peringatan 100 Tahun Gontor, di Balai Pertemuan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Rabu (27/9/2023). (Foto: Humas MPR)

PONOROGO - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid atau HNW menyebutkan bangsa Indonesia mesti bersyukur, karena pondok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islamnya masih terjaga, masih tetap eksis bahkan melampaui usia dari negeri ini sendiri. Seperti Muhammadiyah, NU dan Pondok Gontor, usianya lebih dari 100 tahun.

"Menurut saya, hal tersebut menjadi suatu fakta, terjadi relasi yang sangat baik antara negara dengan ormas Islam dan dengan lembaga pendidikan Islam dan menjadi bagian penting untuk selalu dijaga," kata HNW dalam keterangannya, Kamis (28/9).

Hal itu disampaikan HNW, usai menghadiri gelar acara Sujud Syukur dan Pembukaan Peringatan 100 Tahun Gontor, di Balai Pertemuan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Rabu (27/9/2023).

Gontor sendiri, lanjut HNW, menjadi bagian yang menjaga relasi yang baik antara pendidikan Islam dengan negara, termasuk juga dengan peraturan perundangan yang ada, dan dengan sistem yang dibangun oleh negara.

Walaupun Gontor menegaskan dirinya sebagai pesantren modern, dan alumninya ada di mana-mana, seperti di ormas, orpol, berkarir di Kementerian, ada yang di eksekutif, legislatif, di dalam dan luar negeri.

Tapi, tetaplah Ponpes Modern Gontor menegaskan dirinya bagian dari Indonesia. Ini sangat dipentingkan dimana masih banyak orang terkena yang namanya Islamophobia, seolah-olah pesantren hal yang membahayakan negara.

"Tadi saya jelaskan di pidato saya, tentang sejarah Gontor yang sangat lekat dengan Indonesia, itu terbukti dengan bunyi syair dalam mars Gontor yang diciptakan tahun 1941 sebelum Indonesia merdeka. Di sana disebutkan bahwa ada tiga jenis ibu yakni, ibu biologis atau ibu kandung, Gontor sebagai ibu dan Indonesia sebagai ibu," ungkap alumni Pondok Gontor dan Ketua Badan Wakaf Pondok Gontor ini.

Hal itu, kata HNW, merupakan sesuatu yang sangat fenomenal. Artinya, Gontor sangat menjaga hubungan baik antara Gontor dengan negara Indonesia. Inilah yang membuat Gontor terus berkembang, lebih dari 20 cabang pondok Gontor, muridnya sangat banyak berlipat-lipat hingga lebih dari 32 ribu murid.

Spirit tersebut yang dibawa Gontor memasuki abad kedua kehadirannya. Hal ini dengan jelas tercantum dalam tema yang diputuskan oleh Badan Wakaf (lembaga tertinggi di Gontor), yakni `Menghadirkan Nilai-Nilai Islam Membangun Peradaban Utama`.

"Harmoni semacam ini, menurut saya harus terus dibangun, dijaga dan dikuatkan sehingga tidak ada ketegangan antara negara dengan pesantren. Apalagi di tahun politik, menyongsong 100 tahun Indonesia Merdeka. Hal itu benar-benar perlu dijaga, sehingga terjalinlah terus menerus hubungan yang betul-betul menghadirkan komitmen untuk kebaikan negara dan pesantren, dan hadirnya peradaban yang utama,” tandasnya.

Sebagai informasi, acara Sujud Syukur dan Pembukaan Peringatan 100 Tahun Gontor sendiri berlangsung lancar. Hadir dalam kegiatan tersebut, antara lain, Wakil Gubernur Jawa Timur Dr. H. Emil Elestianto Dardak, Ketum MUI yang juga Wakil Rais `Aam PBNU K.H. Muhammad Anwar Iskandar, Ketua PP Muhammadiyah Dr. K. H. Saad Ibrahim, Waketum DMI dan lain-lain ormas.

Sujud syukur itu juga diikuti oleh jaringan alumni Gontor di seluruh pesantren Alumni se-Indonesia, dan oleh alumni-alumni Gontor di seluruh dunia.

FOLLOW US