• News

Filipina Membuat Kemajuan dalam Uji Coba Vaksin Demam Babi

Yati Maulana | Rabu, 05/07/2023 23:05 WIB
Filipina Membuat Kemajuan dalam Uji Coba Vaksin Demam Babi Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. berbicara dalam wawancara eksklusif dengan Reuters, di hotelnya di Washington, AS, 4 Mei 2023. Foto: Reuters

JAKARTA - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan pada Rabu, uji coba lokal awal untuk vaksin demam babi Afrika telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Hal itu meningkatkan harapan bahwa itu akan segera tersedia di negara itu untuk memerangi penyakit hewan yang mematikan itu.

Sejumlah vaksin telah diuji di seluruh dunia saat pihak berwenang bergegas menghentikan penyebaran penyakit yang sangat menular yang merusak peternakan babi dan industri daging babi global senilai $250 miliar secara teratur. Satu kandidat vaksin hampir disetujui di Vietnam.

Marcos, yang juga mengepalai kementerian pertanian, mengatakan uji klinis awal menunjukkan vaksin tersebut menghasilkan antibodi yang cukup dan sejauh ini aman untuk digunakan, tetapi perlu pengujian lebih lanjut.

Di Filipina, demam babi Afrika tetap menjadi perhatian utama peternak babi karena jutaan babi telah dimusnahkan sejak wabah lokal pertama kali terdeteksi pada tahun 2019.

Sejak saat itu, 66 dari 81 provinsi di Indonesia mengalami wabah. Hingga bulan lalu, ada kasus aktif di 13 provinsi, menurut Departemen Pertanian.

Pasokan daging babi domestik yang berkurang telah mendorong Filipina untuk meningkatkan impor daging karena harga lokal melonjak, menambah tekanan pada inflasi yang tetap berada di luar kisaran target bank sentral.

Marcos, dalam pidatonya di acara perdagangan ternak, mengatakan fase kedua uji coba vaksin sedang berlangsung tetapi memperingatkan agar tidak berpuas diri.

“Itu bukan alasan untuk berpuas diri, karena kami terus diperingatkan oleh mereka yang telah mempelajari vaksin tersebut,” katanya.

Filipina juga telah membuat kemajuan dalam pengadaan vaksin flu burung, setelah meminta produsen untuk mendaftarkan produk mereka ke Food and Drug Administration, tambahnya.

FOLLOW US