• Oase

Menyikapi Mukjizat Para Nabi dan Rasul

Rizki Ramadhani | Kamis, 27/04/2023 22:01 WIB
Menyikapi Mukjizat Para Nabi dan Rasul Ilustrasi Kaligrafi (indonesiainside)

Jakarta - Allah swt mengutus para nabi dan rasul disertai mukjizat. Mukjizat ini merupakan keistimewaan yang hanya dimiliki setiap nabi dan rasul. Dapat menjadi bukti dan penguat, namun juga bisa menjadi fitnah.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa diantara keistimewaan nabi Sulaiman `alaihissalam adalah Allah Azza wa Jalla menundukan semua jin yang taat dan jin setan sehingga mampu dikuasai beliau `alaihissalam. Sebagaimana firman-Nya ﷻ dalam surah (ke-38) Shad ayat 37-39.

Ini merupakan mukjizat nabi Sulaiman `alaihissalam. Sebagaimana angin tunduk kepada beliau `alaihissalam tanpa ada ilmu dan ibadah khusus untuk mendapatkannya. Juga tanpa ada hisab (perhitungan) baginya.

Dikisahkan pula Allah ﷻ mengabarkan berita gaib yang tidak diketahui Rasulullah ﷺ sebelumnya dalam surah (ke-72) Al-Jinn ayat 1,

Katakanlah (Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan)”, lalu mereka berkata, "Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur`an).”

Bahwa jin mendengarkan bacaan Al-Qur’an saat itu. Sehingga banyak jin yang masuk Islam karena bacaan beliau ﷺ. Banyaknya jin yang masuk Islam tidak membuat nabi Muhammad ﷺ memiliki pasukan jin.

Padahal nabi Muhammad ﷺ dan kaum muslim sangat membutuhkan pasukan dalam perang badar, dan peperangan lainnya.

Dalam siroh juga dikisahkan istri Nabi ﷺ yang bernama Aisyah radhiyallahu ‘anha sempat kehilangan kalung saat diperjalanan. Namun Rasulullah ﷺ tidak pernah meminta bantuan jin, apalagi sampai menguasainya. Demikian pula dengan keluarga beliau ﷺ dan para sahabat lainnya radhiyallahu ‘anhum.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Imam Ahmad dan lainnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, nabi ﷺ bersabda,

Sesungguhnya jin Ifrit (tadi malam) tiba-tiba (datang) menggangguku untuk memutuskan shalatku (dalam riwayat yang lain, setan ingin lewat di depanku mengganggu). Kemudian Allah memberi kemampuan kepadaku untuk mengalahkannya (menahan), lalu aku pun memegangnya. Kemudian aku ingin mengikat di salah satu tiang masjid (Masjid Nabawi), sehingga kalian bisa melihatnya (esok hari). Namun aku teringat doa saudaraku Sulaiman, “Wahai Rabbku, anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun setelahku.” Kemudian aku pun melepaskannya sementara dia dalam kondisi terhina.” (HR. Bukhari no. 3423).

Allah ﷻ yang memberikan kemampuan kepada nabi Muhammad ﷺ untuk menahan jin Ifrit, bukan karena kesaktian dan ritual khusus Rasulullah ﷺ.

Kemudian, Rasulullah ﷺ pun melepaskan dan tidak menguasai jin Ifrit. Rasulullah ﷺ sadar bahwa penguasaan jin hanya diperuntukan Allah ﷻ kepada nabi Sulaiman `alaihissalam dan terlarang bagi yang lainnya, termasuk Rasulullah ﷺ.

Adapun orang yang mengaku memiliki dan menguasai jin, maka sesungguh ada mahar yang harus dibayar. Syarat yang dipertaruhkan itu adalah kesyirikan. Al-Qur’an menegaskannya dalam surah (ke-72) Al-Jinn ayat 6,

dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat.”

Sedangkan nabi Muhammad ﷺ dan nabi Sulaiman `alaihissalam diberikan kemampuan oleh Allah ﷻ tanpa persyaratan. Kedua nabi yang mulia ini berhak masuk surga tanpa hisab. Kedudukan mereka dekat pada sisi Allah ﷻ dan tempat kembali yang baik.

Semoga Allah ﷻ senantiasa memberikan hidayah kepada kaum muslim. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US