• News

Rektor Paramadina Nilai Mahfud MD Bisa Jadi Kuda Hitam Cawapres 2024

Yahya Sukamdani | Senin, 10/04/2023 14:12 WIB
Rektor Paramadina Nilai Mahfud MD Bisa Jadi Kuda Hitam Cawapres 2024 Rektor Universitas Paramadina Jakarta, Guru Besar dan Ekonom INDEF Prof. Dr. Didik J. Rachbini, M.Sc., Ph.D.,. Foto: twitter

JAKARTA – Rektor Universitas Paramadina Jakarta Prof. Didik J. Rachbini menilai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD bisa menjadi kuda hitam bakal calon wakil presiden.

Nama Mahfud MD saat ini sedang hangat diperbincangan masyarakat. Mahfud MD kembali mendapat perhatian besar masyarakat pascamembuka kasus dana pajak sebesar Rp349 Triliun.

Mahfud MD juga adalah tokoh yang sudah makan asam garam di dunia politik sejak awal reformasi bersama Gus Dur.

Pengalaman di dalam pemerintahan adalah modal sangat penting untuk mengerjakan pekerjaan bagi rakyat secara efektif. Mahfud MD memiliki pengalaman tersebut. Terakhir Mahfud MD adalah bakal calon wakil presiden pada Pilpres 2019, yang didukung Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

“Sudah siap dengan seragam putih, tetapi takdir masih belum berpihak kepadanya. Hanya dalam beberapa menit terakhir Mahfud MD digantikan oleh KH. Ma’ruf Amin karena lobi-lobi partai yang alot dan terpedo dari partainya sendiri,” kata Prof. Didik melalui keterangan tertulis yang diterima katakini.com di Jakarta, Senin (10/4/2023).

Sebelumnya, Eros Djarot, budayawan dan politisi senior, memeng mengusulkan kepada publik dan secara khusus kepada PDI-P untuk mencalonkan pasangan Ganjar-Mahfud. Dia menilai, Mahfud sebagai pendekar yang bisa menuntaskan korupsi di masa kini dan yang akan datang.  Alasan lainnya menurut Eros adalah potensi besar untuk menang.  Ganjar populer, sementara Mahfud bisa menjadi pendamping untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan tegas.

Bagi Prof. Didik, usulan dan alasan yang disampaikan Eros Djarot masuk akal juga karena sikap berani Mahfud MD dalam beberapa bulan terakhir ini untuk menguak korupsi, meskipun banyak tantangan yang berat di dalam maupun di luar pemerintahan dan lembaga politik.

Tetapi menurut Founder Institute for Development of Economics and Finance (Indef) ini, usulan Eros Djarot tidak mudah karena lobi partai sulit ditebak untuk calon wakil presiden, bahkan untuk calon presiden sekali pun. 

Menurutnya, usulan Eros Djarot terlalu awal dan bahkan terlalu cair. “Tetapi demokrasi boleh siapa pun mengusulkan nama siapa pun, apalagi yang mengusulkan adalah tokoh seperti Eros,” tegas Prof. Didik.

Namun, lanjutnya, dinamika politik sangat tidak pasti, bahkan rumit.  Perbincangan awal, survei, dan usulan-usulan adalah cara terbaik untuk melakukan seleksi tokoh bangsa yang bisa dipertanggungjawabkan. 

“Jangan lagi ada calon presiden dan wakil presiden jadi-jadian, last minutes," ujarnya.

Menurut Prof. Didik, jika masuk ranah PDI-P tidak mudah, Mahfud MD pun bisa menjadi altenatif sebagai pendamping Anies dengan alasan yang sama, yakni anti korupsi.  Keduanya alternatif  Pasangan Anies-Mahfud merupakan mesin double gardan untuk memberantas korupsi yang mendarah daging di negeri ini.

“Paling penting juga secara elektoral politik, Mahfud bisa menarik suara di Jawa Timur, khususnya tapal kuda,” ujarnya.

Menurut Guru Besar Ekonomi Politik ini, pada awalnya Koalisi Perubahan melirik Khofifah untuk menarik suara Jawa Timur, yang tidak pasti dan belum tentu terwujud karena berbagai hal tarik-menarik koalisi terhadap Khofifah atau pun alasan Khofifah untuk meneruskan masa jabatannya.

“Alternatif selain Khofifah bagi Anies adalah Mahfud MD,” kata Prof. Didik.

FOLLOW US