• News

24 Maret, Bandung Lautan Api, Tak Rela Diduduki Belanda, Rakyat Bumihanguskan Kota

Tri Umardini | Jum'at, 24/03/2023 08:30 WIB
 24 Maret, Bandung Lautan Api, Tak Rela Diduduki Belanda, Rakyat Bumihanguskan Kota 24 Maret, Bandung Lautan Api, Tak Rela Diduduki Belanda, Rakyat Bumihanguskan Kota. (FOTO: HO/DOK ISTIMEWA)

JAKARTA - Peristiwa Bandung Lautan Api diperingati setiap tahun pada tanggal 24 Maret. Peristiwa ini menjadi salah satu bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

Dalam peristiwa yang terjadi 24 Maret 1946 ini, para tentara Indonesia, laskar pejuang dan rakyat Bandung bersama-sama membakar bangunan penting dan rumah mereka.

Hal ini dilakukan karena mereka tidak rela Bandung diduduki oleh tentara sekutu dan menjadikan daerah mereka sebagai markas militer.

Untuk memperingati peristiwa ini, setiap tahun digelar pawai obor di ruas jalan yang dilalui warga saat meninggalkan Bandung pada 24 Maret 1946.

Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api

Dikutip dari berbagai sumber, peristiwa Bandung Lautan Api merupakan peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, Jawa Barat.

Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung.

Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Kejadian ini dipicu setelah Pasukan Inggris yang dipimpin Brigade MacDonald tiba di Bandung pada 12 Oktober 1945.

Sejak semula hubungan pasukan sekutu dengan pemerintah RI sudah tegang.

Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali Tentara Republik Indonesia (TRI) dan polisi, diserahkan kepada mereka.

Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TRI tidak dapat dihindari.

Pada 24 November 1945, TRI dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang digunakan Pasukan Sekutu sebagai markas.

Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.

Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia meninggalkan kota Bandung mendorong TRI melakukan operasi "bumihangus".

Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan Sekutu dan NICA. Keputusan membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada 24 Maret 1946.

Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung.

Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer.

Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu.

Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut.

Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya.

Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung.

Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.

Peristiwa ini mengilhami lagu Halo, Halo Bandung yang nama penciptanya masih menjadi bahan perdebatan. (*)

FOLLOW US