• Gaya Hidup

Dianggap Ritual Kuno, Ini Bahayanya Sunat Perempuan, Timbulkan Cedera pada Organ Genital

Tri Umardini | Senin, 06/02/2023 08:30 WIB
Dianggap Ritual Kuno, Ini Bahayanya Sunat Perempuan, Timbulkan Cedera pada Organ Genital Dianggap Ritual Kuno, Ini Bahayanya Sunat Perempuan, Timbulkan Cedera pada Organ Genital. (FOTO: HO VIA THE JAKARTA POST)

JAKARTA - Sunat perempuan merupakan ritual kuno yang dianggap berbahaya dan berisiko bisa menimbulkan cedera pada organ genital wanita.

Sunat perempuan selalu dipandang sebagai ritual kuno yang umum dipraktikkan di sejumlah negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia menurut data World Health Organization (WHO).

Survei global dari UNICEF mencatat bahwa kini fenomena ini juga meluas di Indonesia dengan alasan yang beragam.

Praktik ini sudah tidak lagi disarankan karena menyimpan berbagai risiko. Apa saja bahaya atau dampak dari sunat perempuan?

Apa itu Sunat perempuan?

Sunat perempuan adalah segala bentuk prosedur yang melibatkan pengangkatan, pemotongan, atau pembuangan sebagian atau seluruh alat kelamin eksternal perempuan.

Prosedur ini juga kerap disebut sebagai mutilasi genital perempuan yang berisiko menimbulkan cedera pada organ genital perempuan untuk alasan non-medis.

Berdasarkan jenis prosedurnya, sunat perempuan dibagi menjadi 4 tipe berikut.

Tipe 1: Pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar klitoris dan/atau selaput klitoris.

Tipe 2: Pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar klitoris dan lipatan dalam vulva (labia minora), dengan atau tanpa pengangkatan lipatan luar vulva (labia majora).

Tipe 3: atau disebut juga infibulasi, yang dilakukan untuk mempersempit lubang vagina dengan lapisan penutup buatan dari memotong atau mengubah posisi labia minora atau labia majora, atau menjahit lubang vagina.

Tipe 4: Meliputi seluruh prosedur pada vagina untuk tujuan non-medis, seperti menusuk, piercing, memotong, menggores, atau membakar area kemaluan.

Sunat perempuan berkaitan erat dengan tradisi dan agama

Alasan mengapa sunat perempuan dilakukan bisa bervariasi di setiap daerah serta dari waktu ke waktu, termasuk pula kombinasi faktor sosial budaya dalam nilai keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan United Nation Population Fund (UNFPA), beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut.

Tekanan sosial untuk menyesuaikan diri dengan apa yang orang-orang sekitar telah lakukan secara turun temurun.
Praktik ini dipandang sebagai bagian dari perayaan pubertas seorang anak perempuan dan penting sebagai warisan budaya masyarakat.
Meskipun praktik sunat wanita tidak menjadi kewajiban dari ritual keagamaan apa pun, masih ada ajaran agama yang membenarkan dan membolehkan praktik ini untuk dilakukan.

Sunat perempuan kadang menjadi salah satu prasayarat untuk menikah, memiliki hak reproduksi, dan memiliki anak.

Praktik ini dinilai dapat meningkatkan kesuburan wanita dan mendorong tingkat keselamatan bayi.

Sunat perempuan dipandang sebagai penjamin keperawanan perempuan sebelum pernikahan, kesetiaan pada pasangan selama pernikahan, dan bisa meningkatkan gairah seksual pria.

Sunat perempuan umum dipraktikkan pada anak perempuan di bawah 11 tahun.

Terlepas dari bahayanya, masih ada masyarakat yang memandang bahwa manfaat sosialnya lebih besar daripada risiko kesehatan di kemudian hari.

Inilah yang jadi salah satu alasan mengapa praktik sunat bagi wanita masih dilakukan di beberapa daerah.

Bagaimana prosedur melakukan sunat perempuan?
Sunat perempuan biasanya dilakukan oleh orang yang dituakan di masyarakat (biasanya perempuan, tetapi tidak selalu) yang ditunjuk oleh masyarakat untuk mengemban tugas tersebut.

Praktik ini juga mungkin dilakukan oleh bidan tradisional, tabib atau dukun beranak, tukang cukur laki-laki, maupun terkadang anggota keluarga sendiri.

Pada kasus tertentu, tenaga medis profesional menyediakan layanan praktik sunat wanita. Hal ini disebut dengan “medikalisasi” sunat perempuan.

Menurut perkiraan UNFPA baru-baru ini, sekitar 1 dari 4 anak perempuan menerima perlakuan sunat wanita yang disediakan oleh penyedia layanan kesehatan profesional.

Praktik sunat wanita dapat dilakukan menggunakan pisau, gunting, pisau bedah, potongan kaca, bahkan silet.

Anestesi dan antiseptik tidak umum digunakan pada prosedur tradisional, kecuali jika dilakukan di bawah pengawasan praktisi medis.

Setelah prosedur infibulasi, kedua kaki perempuan umumnya akan diikat bersama-sama agar anak tak bisa berjalan selama 10-14 hari yang memungkinkan pembentukkan jaringan parut.

Kenapa sunat perempuan dianggap berbahaya?

Terlepas dari kepercayaan masyarakat dan alasan menjalaninya, prosedur sunat wanita tidak aman, bahkan ketika sunat dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan terlatih di lingkungan steril.

Medikalisasi sunat perempuan hanya memberikan jaminan keamanan palsu dan tidak ada pembenaran medis untuk melakukan hal ini.

Mutilasi genital perempuan memiliki dampak serius bagi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, berikut ini di antaranya.

1. Komplikasi yang mungkin menyebabkan kematian

Komplikasi langsung dari sunat perempuan, termasuk:

nyeri kronis,
syok,
perdarahan,
infeksi tetanus,
retensi urin,
ulserasi (luka terbuka yang sulit sembuh) pada area kelamin dan kerusakan pada jaringan di sekitarnya,
infeksi luka,
infeksi kandung kemih,
demam tinggi, dan
sepsis.
Perdarahan hebat dan infeksi dari praktik ini bisa menjadi sangat serius hingga menyebabkan kematian.

2. Kesulitan untuk hamil dan komplikasi saat melahirkan

Beberapa wanita yang menjalani prosedur sunat perempuan mungkin akan kesulitan untuk hamil, sedangkan mereka yang bisa hamil dapat mengalami komplikasi saat melahirkan.

Dibanding wanita yang tidak pernah menjalani prosedur sunat wanita, mereka yang menerima prosedur ini berisiko lebih besar untuk membutuhkan prosedur khusus.

Ambil contohnya, episiotomi, perdarahan setelah melahirkan, dan masa rawat inap di rumah sakit yang lebih panjang.

3. Kematian bayi saat dilahirkan

Wanita yang menjalani prosedur ini lebih mungkin untuk menjalani proses persalinan yang lebih lama dan penuh hambatan.

Janin dari ibu yang pernah mengalami sunat juga memiliki peningkatan risiko yang signifikan terhadap kematian saat lahir.

4. Konsekuensi jangka panjang

Konsekuensi jangka panjang dari sunat perempuan, di antaranya:

anemia,
pembentukan kista dan abses (benjolan bernanah akibat infeksi bakteri),
pembentukan jaringan parut keloid,
kerusakan pada uretra yang berakibat pada inkontinesia urin berkepanjangan,
dyspareunia (hubungan seksual yang menyakitkan),
disfungsi seks, dan
peningkatan risiko terhadap penularan HIV.

5. Trauma psikis

Anak yang menerima prosedur sunat wanita di usia yang sudah cukup besar dapat mengalami trauma yang menyebabkan sejumlah masalah emosional dalam hidupnya, termasuk:

depresi,
kecemasan,
post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), atau bayangan reka ulang terhadap pengalaman tersebut yang berkepanjangan,
kepercayaan diri yang rendah, serta
gangguan tidur dan mimpi buruk.
Stres psikologis dari sunat wanita tersebut mungkin memicu gangguan perilaku pada anak-anak yang mengalaminya.

Konsultasi ke dokter sebelum melakukan sunat perempuan
Di beberapa negara, prosedur mutilasi genital perempuan dilakukan selama masa awal kehidupan bayi, yaitu beberapa hari setelah kelahiran.

Pada kasus lain, prosedur ini akan dilakukan saat masa kanak-kanak, periode menjelang pernikahan, setelah pernikahan, saat kehamilan pertama, atau menjelang persalinan yang pertama.

Sebab umumnya dilakukan pada masa kanak-kanak, praktik sunat wanita dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan tindakan penganiayaan atau kekerasan pada anak.

Selain itu, segala bentuk mutilasi genital perempuan dengan metode apapun tidak dapat diterima dari perspektif kesehatan masyarakat dan dianggap sebagai pelanggaran etika kedokteran.

Oleh karena itu, sebelum melakukan sunat perempuan, sebaiknya lakukan konsultasi ke dokter terlebih dahulu guna memastikan keamanannya.

Dokter dapat membantu memberi penjelasan mengenai bahaya atau risiko dari praktik ini. (*)

 

FOLLOW US