• Kabar Pertanian

Kementan Gerakan Smart Farming Melalui Bertani On Cloud

Asrul | Kamis, 29/12/2022 19:55 WIB
Kementan Gerakan Smart Farming Melalui Bertani On Cloud Kementan Gerakan Smart Farming Melalui Bertani On Cloud

Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong generasi milenial menjadi wirausahawan muda pertanian yang menerapkan konsep smart farming atau pertanian cerdas.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo berulang kali memberikan motivasi kepada generasi milenial bahwa penerapan smart farming sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

"Karena pertanian saat ini dan ke depannya dihadapkan dengan tantangan besar yakni perubahan iklim dan pandemi Covid-19," kata SYL, sapaat Mentan Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan pertanian modern dengan teknologi smart farming merupakan sistem yang terdapat keterkaitan erat antarsubsistem, mulai dari hulu hingga hilir, yang didukung oleh tenaga kerja dan lembaga pendukung unggulan.

Smart farming didefinisikan sebagai sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas. Di antaranya, Smart Green House, fertigasi berbasis Internet of Things (IoT), Unmanned Aerial Vehicle (UAV), dan The Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) image processing.

"Penerapan smart farming dapat memberikan efisiensi biaya dan waktu produksi, peningkatan kualitas dan skala usaha, serta mitigasi iklim melalui penggunaan sumberdaya alam secara bijak," tegas Dedi.

Kepala Bapeltan Lampung, Abdul Roni Angkat mengatakan, beberapa teknologi smart farming yang telah digunakan di BPP Lampung, di antaranya smart green house low cost, yaitu teknologi smart farming menggunakan IoT untuk pemeliharaan di green house.

Hal itu disampaikan saat menjadi narasumber pada acara Bertani on Cloud (BoC) volume 210 denga tema "Low Cost Precision Farming", yang digelar BPPSDMP Kementan secara daring Kamis, (29/12).

Untuk diketahui, teknologi Smart Green House Low Cost ini telah menggunakan teknologi IoT, namun yang membedakan dengan yang lain adalah biaya yang dikeluarkan untuk penerapan teknologi ini sangat murah, sehingga dapat dengan mudah diterapkan oleh petani dengan modal terbatas

Berbeda dengan Greenhouse lainnya, Abdul Roni mengatakan, Smart Green House Low Cost tidak perlu menyiapkan modal besar untuk bisa menerapkan digitalisasi teknologi budidaya tanaman.

"Di Balai Pelatihan Pertanian Lampung, semua program asli karya karyawan dan karyawati dari BPP Lampung, mulai dari Smart Green House Low Cost ini, manajemen kompos maupun manajemen koperasi kita. Prinsipnya, semua kegiatan di BPP Lampung dilakukan dari kita, oleh kita dan untuk kita," katanya.

Ketua FK P4S P4S Provinsi Bali, Bli Gung sebagai narasumber petani muda keren ini menjelaskan bahwa ia bangga menjadi petani muda. "Dari sektor pertanian ini saya bisa mengembangkan usaha tak hanya didalam negeri tetapi hingga mancanegara" ungkap dia.

Menjadi petani muda adalah pilihan hidupnya, namun sebagai generasi muda ia tak mau hanya sekedar melanjutkan tradisi bertani. Inovasi serta penerapan teknologi pun ia lakukan salah satunya melalui smart farming.

Di lahan yang didominasi komoditas hortikultura yakni sayuran, dia memanfaatkan smart farming untuk irigasi serta pemupukan.

"Petani muda itu harus tanggap dan peka terhadap perkembangan, dengan pemanfaatan smart farming berupa smart irrigation yang dikendalikan Android, sistem operasi smartphone kami menjadwalkan dengan tepat kapan tanaman perlu disiram dan berapa banyak air yang dibutuhkan tanaman," katanya.

"Tentu ini sangat menekan biaya produksi karena tidak akan banyak air yang terbuang dan seluruh tanaman mendapatkan air tepat dengan kebutuhannya. Dengan otomatisasi irigasi dapat menghemat waktu dan tentunya menghemat biaya upah pekerja. Kami juga memanfaatkan smart farming untuk pemupukan. Tentunya dengan pemupukan yang tepat dan berimbang produktivitas hasil pertanian pun meningkat dengan kualitas yang baik pula," sambungnya.

Ketua Petani Muda Keren Gobleg di Dusun Asah Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, Gede Suardita menunjukkan kepada peserta BOC volume 210 di kebunnya yang terinterasi dengan aplikasi Internet of Things (IoT). Jaringan internet di kebun dan sistemnya membuat petani bisa mengontrol dan merawat kebunnya dari jarak jauh.

Kemudian untuk menyiram, dia membuka halaman aplikasi yang menunjukkan tiga area sprinkle water di area kebun 18 are yang dikelolanya. Suardita menghidupkan titik pertama. Sebanyak 15 buah alat penyiram tanaman yang disangga tiang-tiang menyala dan menyemrotkan air.

Hal menarik lainnya, mereka sepakat tidak menggunakan input kimia. Karena didukung sentra-sentra pupuk organik, pestisida hayati, dan input organik lainnya. Ikhtiar menjaga kelestarian tanah pertanian, hutan, dan sumber air sekitarnya.

FOLLOW US