• Oase

Sudahkah Kita Memiliki Teman Setia?

Rizki Ramadhani | Rabu, 14/09/2022 16:47 WIB
Sudahkah Kita Memiliki Teman Setia? Ilustrasi mengalami fitnah (foto:viva)

Jakarta - Memiliki sahabat atau teman setia merupakan hal yang menyenangkan. Terlebih jika dapat menyertai kita saat lapang dan sempit, bahkan dapat menyelamatkan kita di dunia, alam kubur, hingga di akhirat kelak.

Agama mengajarkan kita agar tidak terlalu disibukkan dengan perbendaharaan dunia. Namun yang lebih diperintahkan adalah untuk beribadah kepada Allah ﷻ. Disamping itu, kita menyadari untuk mencari banyak bekal terbaik untuk pulang ke kampung halaman kelak, yaitu surga.

Adapun teman setia yang selalu menemani kita di dunia, hingga negeri akhirat kelak adalah amal perbuatan selama di dunia. Amal perbuatan yang dilakukan, entah baik dan buruk, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah ﷻ.

Harta dan keluarga akan meninggalkan ketika kita meninggal. Satu-satunya yang tetap setia terhubung adalah amal perbuatan kita selama di dunia.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim rahimahullah di dalam kitab shahihnya, hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda,

Mayit itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan satu golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang sementara amalnya akan tetap menemaninya”.

Harta merupakan ujian yang dapat melalaikan dari mengingat Allah ﷻ. Demikian pula dengan keluarga, juga merupakan cobaan.

Al-Qur’an surah At-Taghabun (ke-64) ayat 15 menjelaskan,

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)..."

Ibnu Athaillah rahimahullah menerangkan bahwa manusia memiliki tiga macam teman. Pertama, harta yang akan ditinggalkan saat mati. Kedua, keluarga, yang akan meninggalkan setelah kita dikubur. Ketiga, amal perbuatan kita, yang tidak akan berpisah.

Mengingat itu semua, maka muslim yang cerdas akan mempersiapkan berbagai amalan terbaik untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Allah ﷻ kelak. Senantiasa memperhatikan perintah dan larangan Allah ﷻ.

Allah ﷻ berfirman, "Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang diantara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Al-Munafiqun [ke-63] : Ayat 10).

Diperoleh kesimpulan dari Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah di dalam risalahnya, bahwa orang yang berbahagia mampu menjadikan harta sebagai sarana untuk berdzikir kepada Allah ﷻ.

Dapat menafkahkan hartanya untuk kepentingan akhirat. Memanfaatkan harta di dalam kebaikan untuk mencari ridha Allah ﷻ.

Hanya mengambil harta itu sebatas kebutuhan yang bisa menyampaikannya untuk kehidupan akhirat.

Selain itu, senantiasa mendidik, mengajarkan dan membimbing keluarga dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah ﷻ.

Juga termasuk kebaikan untuk mencari pasangan yang bisa menjaga keimanannya. Bukankah kita juga mengetahui bahwa doa anak yang saleh sangat dibutuhkan kelak.

Semoga dapat menjadi renungan dan bersemangat untuk senantiasa berbuat baik walau sekecil apapun. (Kontributor : Dicky Dewata)

 

Keywords :

FOLLOW US