• News

Pakistan Kehabisan Pakan Ternak Akibat Banjir Masih Tinggi

Yati Maulana | Selasa, 13/09/2022 20:30 WIB
Pakistan Kehabisan Pakan Ternak Akibat Banjir Masih Tinggi Warga menggunakan perahu untuk mengangkut sepeda motor mereka di tengah banjir, kota Manjhand, di Jamshoro, Pakistan, 12 September 2022. Foto: Reuters

JAKARTA - Peternak yang terdampar oleh banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya yang telah menenggelamkan sebagian besar Pakistan kehabisan pakan untuk ternak mereka, kata para pejabat pada hari Selasa, karena pengiriman pasokan melalui udara terbukti merupakan tugas yang sulit.

Banjir yang disebabkan oleh rekor hujan monsun dan pencairan gletser di pegunungan utara telah mempengaruhi 33 juta orang dan menewaskan hampir 1.400, menyapu rumah, transportasi, tanaman dan ternak dalam kerusakan yang diperkirakan mencapai $30 miliar.

Di provinsi selatan Sindh, salah satu daerah yang terkena dampak paling parah, para petani di beberapa desa telah menerjang air yang naik untuk tetap bertahan dan mencoba untuk mempertahankan ternak mereka yang tersisa.

"Kekurangan pakan ternak telah muncul," kata Syed Murtaza Ali Shah, pejabat tinggi pemerintah di distrik utama provinsi Dadu, menambahkan bahwa helikopter tentara dan angkatan laut berusaha menjangkau para petani.

Namun, pengiriman pasokan melalui udara akan sulit, kata seorang pejabat militer, yang tidak ingin disebutkan namanya karena dia tidak diizinkan untuk berbicara dengan media.

"Ini adalah masalah serius," kata pejabat militer itu kepada Reuters. "Airdrops tidak akan berfungsi, tetapi penting bahwa pakan ternak dipasok ke ternak."

Situasi akan memburuk karena pejabat cuaca telah memperingatkan lebih banyak hujan dalam beberapa hari ke depan, menimbulkan ancaman baru bagi ribuan orang terlantar yang tinggal di tenda atau di tempat terbuka di sepanjang jalan raya.

Para pejabat memperkirakan sekitar 700.000 ternak telah hilang dalam banjir nasional, dan sisanya, yang merupakan aset penting di negara miskin, semakin menipis karena kekurangan makanan.

Baik pemerintah dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyalahkan perubahan iklim atas cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir di negara Asia Selatan berpenduduk 220 juta jiwa itu.

Badan-badan PBB menilai kebutuhan rekonstruksi Pakistan setelah menerima 391 mm (15,4 inci) hujan, atau hampir 190% lebih dari rata-rata 30 tahun, pada bulan Juli dan Agustus.

Sindh menerima hujan 466% lebih banyak dari rata-rata dan semua air banjir menggenangi Dadu, yang berpenduduk 1,5 juta jiwa.

FOLLOW US