• News

Militan Membunuh Sedikitnya 40 Penduduk Desa di Kongo Timur

Yati Maulana | Selasa, 30/08/2022 20:30 WIB
Militan Membunuh Sedikitnya 40 Penduduk Desa di Kongo Timur Sebanyak 72 ribu warga Kongo Timur tergusur dari desanya akibat pertempuran berlangsung pekan ini antara tentara dan pemberontak. Foto: Reuters

JAKARTA - Terduga gerilyawan Islam menewaskan sedikitnya 40 warga sipil dalam serangkaian serangan di beberapa desa di Republik Demokratik Kongo timur antara Kamis dan Senin, kelompok hak asasi manusia setempat dan seorang pekerja rumah sakit mengatakan pada Selasa.

Penyerang yang diyakini sebagai anggota Pasukan Demokrat Sekutu (ADF) pertama kali menargetkan sekelompok penduduk desa dari provinsi Kivu Utara yang telah menyeberang ke provinsi tetangga Ituri untuk mencari tanah subur di dekat Sungai Ituri pada 25 Agustus.

Christophe Munyanderu, koordinator kelompok lokal Konvensi untuk Penghormatan Hak Asasi Manusia (CRDH), mengatakan para pejuang ADF telah mengeksekusi lebih dari 40 pria, wanita dan anak-anak di lima desa sejak Kamis.

"Semua ini di bawah pengawasan pihak berwenang," kata Munyanderu. "Kami sekarat di sini tetapi tidak ada yang dilakukan."

Mathe Mupanda Salomon, seorang perawat di sebuah rumah sakit di salah satu desa, mengatakan dia melihat 26 mayat penduduk desa yang terbunuh dan 76 diculik dalam salah satu serangan.

Kepala daerah Babila-Bakaiko di sekitarnya, Charles Kisubi Endukadi, membenarkan bahwa pemberontak telah menyerang beberapa desa dan sebagian besar mayat belum ditemukan.

Tentara Kongo tidak segera menanggapi permintaan komentar.

ADF, milisi Uganda yang memiliki hubungan dengan ISIS, adalah salah satu dari beberapa kelompok bersenjata yang memperebutkan sumber daya dan menyerang warga sipil di timur Kongo, yang kaya akan mineral seperti timah, tantalum, tungsten, dan emas.

Serangan yang meningkat mendorong pemerintah untuk mengumumkan keadaan pengepungan di Ituri dan Kivu Utara pada April 2021. Namun situasi keamanan terus memburuk di bawah kekuasaan militer, kata pakar PBB pada Juni.

FOLLOW US