• Oase

Menelusuri Jejak Leluhur Rasulullah SAW

Rizki Ramadhani | Jum'at, 12/08/2022 10:17 WIB
Menelusuri Jejak Leluhur Rasulullah SAW Ilustrasi (foto: orami)

Jakarta - Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan lainnya. Dalam menjalani kehidupan, merupakan salah satu fitrah untuk mencintai. Adapun sebagai muslim sudah seharusnya menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutan terbaik dan mencintainya melebihi diri sendiri dan manusia lainnya.

Satu hadits berikut ini membuktikan bahwa kita harus mencintai Nabi ﷺ melebihi diri kita sendiri.

`Abdullah bin Hisyam berkata, “Kami pernah bersama Nabi ﷺ dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab Radhiyallahu `Anhu. Lalu Umar berkata, ”Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.”

Kemudian Nabi ﷺ berkata, “Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya (imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus lebih dicintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian `Umar berkata, ” Sekarang, demi Allah. Engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu `alaihi wa sallam berkata, “Saat ini pula wahai Umar, (imanmu telah sempurna).” (HR. Bukhari no. 6632).

Termasuk bentuk cinta kepada nabi Muhammad ﷺ adalah mengenal para leluhur dari Nabi Muhammad ﷺ, diantaranya Abdu Manaf, dan Hasyim.

Abdu Manaf, nama aslinya adalah al-Mughirah. Beliau digelari Qamarul Bath-haa (rembulannya kota Mekah) karena paras tampannya. Kemudian, beliau digelari Abdu Manaf (orang yang tinggi) karena merupakan orang mulia di tengah kaumnya. Ada juga yang mengatakan karena beliau adalah orang yang jangkung. Masyarakat Quraisy juga memanggilnya al-Fayyadh (melimpah) disebabkan sifat kedermawanannya.

Beliau adalah kakek ketiga nabi Muhammad ﷺ, juga kakek keempat dari Dzun nurain Utsman bin Affan Radhiallahu ‘Anhu, serta kakek kesembilan dari Imam asy-Syafi’i Rahimahullah.

Hasyim, nama aslinya adalah Amr bin Abdu Manaf. Disebut Amr karena kedudukannya yang tinggi. Seperti ayahnya, beliau sangat dimuliakan kaumnya, bangsawan besar, pedagang sukses, kaya raya dan terkenal kedermawanannya.

Saat musim paceklik yang berdampak masyarakat Quraisy didera kelaparan, Sang Dermawan inilah yang selalu memberikan makanan untuk masyarakat Mekah selama satu tahun. Beliau membeli bahan makanan pokok yang dibutuhkan berupa gandum dan roti dari Syam. Beliau juga menyembelih hewan, lalu dagingnya dijadikan adonan roti daging (tsarid). Semuanya berasal dari harta pribadinya. Karena itu beliau disebut Hasyim ats-tsarid (sang pembagi-bagi roti daging).

Ada juga pendapat sejarawan islam lainnya yang mengatakan asal mula nama Hashim adalah ‘Amr sendiri yang memilih nama Hashim untuk dirinya, karena itu adalah nama yang digunakan Allah ﷻ untuk nabi Ibrahim ‘alaihissalam (Amr adalah seorang Hanif, mengikuti agama nabi Ibrahim ‘alaihissalam).

Hasyim juga digelari Sayyidul Bath-ha’  (Tuannya kota Mekah). Beliaulah nenek moyang dari Bani Hasyim klan dari suku Quraisy di Mekah.

Beliau yang membuat dua rute perdagangan Quraisy terkait musim, yaitu perjalanan menuju Yaman dan Habasyah saat musim dingin, berlawanan menuju Syam saat musim panas. Karena begitu mahsyurnya kebiasaan safar ini diabadikan di dalam Al-Qur’an surah Quraisy (ke-106) ayat 1-4.

Kakek ketiga nabi Muhammad ﷺ ini wafat pada tahun 510 M di Gaza, negeri Syam pada usia 20 tahun, ada yang mengatakan 25 tahun.

Semoga kaum muslimin dapat mencintai Rasulullah ﷺ dengan cinta yang sebenarnya. (Kontributor : Dicky Dewata)

 

FOLLOW US