• Oase

Bendungan Ma`rib, Ikon Peradaban Kuno Yaman

Rizki Ramadhani | Kamis, 14/07/2022 06:19 WIB
Bendungan Ma`rib, Ikon Peradaban Kuno Yaman Ilustrasi sisa reruntuhan bendungan Marib (foto: kisahmuslim)

JAKARTA - Dulu, Yaman adalah negeri yang indah. Bagian selatan Jazirah Arab itu merupakan belahan bumi yang makmur dan cantik. Kebun-kebunnya subur, lebat dan buah-buahnya melimpah, landai dan mudah dipetik. Al-Qur’an menyebutnya sebagai “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur”; kerajaan yang wilayahnya penuh berkah, kesejahteraan, damai, aman, penuh dengan rahmat dan ampunan Allah Subhanahu Wa Ta`ala.

Semua itu terpusat di provinsi Ma`rib di Yaman yang merupakan ibu kota kerajaan Saba` di masa silam. Diantara penunjang kegemilangan sejarah Yaman klasik itu adalah sebuah bendungan paling canggih di zaman kuno yang tercatat oleh sejarah sebagai bendungan tertua di dunia dan masyhur dengan nama bendungan Ma`rib, juga dikenal dengan nama bendungan ‘Arim.

Literatur sejarah menyebutkan bahwa bendungan ini mulai dibangun pada masa Raja Saba’ bin Yasyjub oleh seorang arsitek yang bernama Samha`ali Yunuf bin Dzimar Ali. Kemudian diperbaiki secara besar-besaran di abad ke-5 dan ke-6 M. sedangkan buku-buku tafsir mencatumkan nama Ratu Bilqis untuk penyelesaian pembangunan bendungan Ma`rib pada tahun 800-700 sebelum masehi.

Selain arsitektur bangunan, para arsitek di masa itu juga memperhitungan detil posisi bangunan. Bendungan ini terletak di antara tiga bukit. Sehingga air dari tiga arah dataran tinggi itu mengalir ke satu tempat, semuanya tertampung di bendungan yang juga berbentuk segitiga dengan panjang potongan sekitar 580 m, tinggi 16 meter, lebar 60 meter, dan panjang 620 meter.

Sebelum membangun bendungan, mereka meletakkan batu-batu padat dan timah. Batu-batu tersebut berfungsi sebagai gerbang dan timah-timah untuk menahan air.

Berdasarkan perhitungan, dengan air sebanyak itu mampu mengaliri wilayah hingga 101 km persegi atau 9.600 hektar yang mencakup wilayah hilir di wilayah utara (Ma`rib) dan selatan (5.300 hektar dataran bagian selatan bendungan dan sisanya dataran sebelah barat seluas 4.300 hektar) hingga menjadikan wilayah itu dikenal sebagai oasis suburb di padang pasir. Inilah yang dalam Al-Qur’an disebut dengan dua kebun di sisi kiri dan kanan.

Kerajaan Saba` menyadari bahwa keberhasilan mereka sangat dipengaruhi oleh eksistensi bendungan Ma’rib sehingga bendungan ini dikelola dengan baik dengan mempertimbangan berbagai keseimbangan, termasuk lingkungan. Hal ini terlihat dengan kebijakan kerajaan untuk melakukan perawatan rutin terhadap bendungan Ma`rib.

Selama berabad-abad penduduk Saba` hidup dalam kemajuan dan keharmonisan. Namun kehidupan ini tidak selalu satu warna. Allah ﷻ ciptakan semuanya.

Berbagai sumber sejarah menyebutkan sekitar tahun 145 SM terjadi peperangan antara orang-orang Raidan dengan kerajaan Saba` yang menimbulkan kerusakan bendungan. Kemudian celah-celah bebatuan bendungan yang rusak tersebut digerorgoti oleh tikus-tikus sehingga memperparah kerusakan.

Pada tahun 542 M, ikon peradaban kuno Yaman ini hancur dan terjadilah malapetaka berupa banjir hebat (sail al-‘arim) yang menghanyutkan semua yang menghalangi arusnya.

Hancurnya bendungan ini menyebabkan kehilangan sumber air utama, serta kerusakan dan kerugian besar lainnya. Dampaknya, kaum Saba mengalami kemunduran. Tidak lama setelah itu, berakhirlah cerita tentang kerajaan Saba’ dengan kemegahan bendungan Ma’ribnya.

Fisik bendungan ini masih bisa dijumpai di zaman sekarang, tepatnya di kota kuno Ma`rib yang lokasinya tidak jauh dari kota Sana’a, Ibukota Yaman saat ini. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US