• Bisnis

Indeks Saham Melemah, Imbal Hasil Reksadana Pasar Uang Masih Stabil

Tri Umardini | Jum'at, 27/05/2022 09:01 WIB
Indeks Saham Melemah, Imbal Hasil Reksadana Pasar Uang Masih Stabil Indeks Saham Melemah, Imbal Hasil Reksadana Pasar Uang Masih Stabil. (FOTO: SHUTTERSTOCK)

JAKARTA - Kinerja reksadana yang diperdagangkan di super app investasi atau aplikasi reksadana terbaik Bareksa memiliki imbal hasil (return) tertinggi, beserta indeks acuannya periode sebulan terakhir (per 25 Mei 2022):

Seperti dikutip dari bareksa.com, berikut perincian reksadana saham, campuran, pendapatan, dan pasar uang:

Reksadana Saham
IHSG : -4,61 persen
Indeks Reksadana Saham : -3,08 persen
Sucorinvest Maxi Fund : 2,77 persen

Indeks Reksadana Saham Syariah : -0,31 persen
Sucorinvest Sharia Equity Fund : 1,44 persen

Reksadana Campuran

Indeks Reksadana Campuran : -1,63 persen
Setiabudi Dana Campuran : 1,64 persen

Indeks Reksadana Campuran Syariah : -0,54 persen
Schroder Syariah Balanced Fund : -0,55 persen

Reksadana Pendapatan Tetap
Indeks Reksadana Pendapatan Tetap : -0,62 persen
BNI-AM Dana Pendapatan Tetap Makara Investasi : 0,67 persen

Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Syariah : -0,89 persen
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund : 0,5 persen

Reksadana Pasar Uang
Benchmark :
- Bunga deposito sebelum pajak dengan dana kurang dari Rp100 juta dan tenor satu bulan :
> BCA : 0,258 persen per bulan
> Bank Mandiri : 0,292 persen per bulan
> BNI : 0,354 persen per bulan
> BRI : 0,396 persen per bulan

Indeks Reksadana Pasar Uang : 0,19 persen
Capital Money Market Fund : 0,42 persen

Indeks Reksadana Pasar Uang Syariah : 0,26 persen
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 0,32 persen

Ringkasan Informasi Pasar
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 25 Mei 2022 turun 0,44 persen ke level 6.883,5. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 25/05/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7,2 persen pada 25 Mei 2022.

Di tengah melemahnya IHSG, reksadana pasar uang dapat dijadikan pilihan untuk investasi jangka pendek dan diversifikasi portofolio. Reksadana pasar uang berisikan instrumen pasar uang yang terbilang stabil, seperti deposito bank dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari setahun.

Di aplikasi marketplace reksadana Bareksa terdapat dua reksadana pasar uang yang mampu mencetak imbal hasil (return) 1,9 persen dan 1,75 persen sejak awal tahun hingga 25 Mei 2022 (year to date). Dua reksadana itu ialah Sucorinvest Money Market Fund dan Capital Money Market Fund.

Reksadana Sucorinvest Money Market Fund mencetak return 1,9 persen secara year to date. Berdasarkan fund fact sheet periode April 2022, portofolio investasi reksadana ini adalah obligasi MFIN04ACN4, obligasi OPPM01A, obligasi OPPM02A, obligasi SMMA02ACN1, deposito Bank Jabar BJB, deposito PT Bank HSBC Indonesia, deposito PT Bank MNC Internasional Tbk, deposito PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, deposito PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan deposito PT BPD Sulawesi Utara dan Gorontalo.

Sedangkan reksadana Capital Money Market Fund mencetak return 1,75 persen secara year to date.

Berdasarkan fund fact sheet periode April 2022, portofolio investasi reksadana ini adalah deposito BPD Riau Syariah, deposito Bank Nobu Tbk, deposito Bank Panin Syariah, deposito Bank Sampoerna, deposito Bank Victoria Syariah, Obligasi Subordinasi Bank Capital II Tahun 2015, Obligasi Berkelanjutan I Bank Victoria Tahap I Tahun 2017, Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 seri A, Obligasi Berkelanjutan I Indah Kiat Pulp &Paper Tahap IV Tahun 2021 seri A dan Obligasi Berkelanjutan IV PNM Tahap I Tahun 2021 seri A.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. (*)

FOLLOW US