• Ototekno

BAKTI Kementerian Kominfo Sebut Pembangunan BTS di 3T Sudah Mencapai 86 Persen

Budi Wiryawan | Jum'at, 15/04/2022 21:05 WIB
BAKTI Kementerian Kominfo Sebut Pembangunan BTS di 3T Sudah Mencapai 86 Persen Ilustrasi Base Tranceiver Station (BTS). (Foto: Kominfo.go.id)

Jakarta - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan, target tahap 1 akselerasi Base Tranceiver Station (BTS) di desa wilayah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T) tercapai 86 persen.

"Saat ini, rata-rata progres pembangunan BTS 4G Fase 1 adalah 86 persen dimana 1.900an lokasi telah on air dari target 4.200 lokasi pada tahun 2022," kata Direktur BAKTI Kominfo Anang Latif, Jumat (15/4/2022).

Pembangunan fase 1 tersebut terus dikebut dan ditargetkan selesai 100 persen pada tahun 2022.

"Untuk pembangunan BTS 4G tahap 2 di 3.704 lokasi, akan dilakukan bertahap sesuai dengan ketersediaan fiskal. Tahun 2022, anggaran yang ada akan dialokasikan untuk pembangunan BTS 4G di 2.300 lokasi," tuturnya.

Ia menyatakan pembangunan BTS 4G didukung alokasi dana APBN secara bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan fiskal pemerintah.

"APBN yang dialokasikan untuk pembangunan 4.200 BTS 4G sebesar Rp11 triliun. Salah satu komponen terbesar untuk biaya logistik pengiriman material, karena banyak lokasi pembangunan yang belum terdapat infrastruktur fisik dasar, seperti jalan, sehingga harus ditempuh dengan menggunakan helikopter," jelasnya.

Kementerian Kominfo memberikan apresiasi atas dukungan operator seluler untuk penyediaan sinyal di wilayah 3T. Menurut dia, operator seluler dan vendor sangat mendukung program penyediaan sinyal.

Menurut Anang, pembangunan infrastruktur digital di desa-desa terpencil bukan hal yang mudah. Tantangan kondisi geografis alam, persoalan logistik, transportasi, dan ketersediaan SDM menjadi kendala tersendiri.

BAKTI Kominfo membangun BTS 4G di wilayah 3T yang sangat sulit dijangkau. Bahkan, banyak desa yang belum memiliki infrastruktur jalan yang layak dan aliran listrik.

Menurut dia, di wilayah pegunungan Papua memerlukan transportasi udara untuk sarana pengangkutan material dan peralatan.

Ketersediaan transportasi tidak sebanding antara jumlah material dan selama pandemi COVID-19, pembatasan mobilitas orang dan barang juga memengaruhi kegiatan supply chain pembangunan BTS.

FOLLOW US