• News

Atasi Kekurangan Roti, Lebanon Kucurkan Dana Rp 215 Miliar

Yati Maulana | Rabu, 13/04/2022 11:12 WIB
Atasi Kekurangan Roti, Lebanon Kucurkan Dana Rp 215 Miliar Warga Lebanon ramai-ramai antre untuk mendapatkan roti yang mulai langka di negara itu akibat krisis pangan. Foto: Reuters

JAKARTA - Pemerintah Lebanon setuju untuk mengucurkan $15 juta atau sekitar Rp 215 miliar untuk sementara mengatasi kekurangan roti yang meningkat di negara itu, Menteri Ekonomi Amin Salam mengatakan kepada Reuters, sambil mengatakan bahwa dana tersebut hanya akan bertahan beberapa minggu.

Antrean panjang mulai terbentuk di luar toko roti di seluruh negeri sejak Senin setelah orang dalam industri memperingatkan bahwa pemerintah tidak memperpanjang batas kredit yang telah lama dijanjikan untuk barang bersubsidi.

"Saya sudah mencari-cari sejak pagi tapi saya tidak menemukan roti - tidak ada sama sekali," Mohammad Mustapha, salah satu pembeli di kota selatan Sidon, mengatakan kepada Reuters.

"Saya punya anak kecil untuk diberi makan, dan ini bulan Ramadhan," katanya, mengacu pada bulan suci bagi umat Islam di mana puasa sepanjang hari dibatalkan dengan makan malam.

Salam mengatakan pemerintah akan mengucurkan kredit senilai $15,3 juta kepada importir sebagai "solusi untuk masalah roti bersubsidi".

"Ini akan memberi kami waktu sekitar dua hingga tiga minggu sebelum kami perlu membuka jalur kredit lain, yang kami minta sebesar $21 juta," kata Salam.

Dia mengatakan pemerintah saat ini tidak mempertimbangkan untuk mencabut subsidi roti dan sebaliknya akan mencari kesepakatan senilai $150 juta dengan Bank Dunia untuk meningkatkan ketahanan pangan karena dalam jangka panjang "kita tidak akan dapat mensubsidi apa pun, apalagi roti".

Lebanon sangat bergantung pada impor makanan dan membayarnya dalam dolar, yang semakin sulit diperoleh sejak ekonominya jatuh pada 2019.

Sejak itu, pound Lebanon telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya sementara harga pangan naik lebih dari 11 kali lipat, menurut Program Pangan Dunia.

Kekurangan roti telah diperburuk oleh perang di Ukraina, yang memasok sebagian besar gandum Lebanon, dan ketidakmampuan Beirut untuk menyimpan cadangan gandum karena silo terbesarnya hancur dalam ledakan pelabuhan Beirut tahun 2020.

"Kami tidak punya silo dan kami tidak punya uang," kata Ghassan Bou Habib, wakil presiden Wooden Bakery, salah satu jaringan toko roti terbesar di negara itu. "Roti akan menjadi barang mewah - itu akan menjadi komoditas mahal."

FOLLOW US