• Gaya Hidup

Gethuk Jajanan Tradisional Khas Magelang, Muncul di Zaman Penjajahan Jepang Bermakna Kesederhanaan

Tri Umardini | Sabtu, 09/04/2022 06:01 WIB
Gethuk Jajanan Tradisional Khas Magelang, Muncul di Zaman Penjajahan Jepang Bermakna Kesederhanaan Gethuk Jajanan Tradisional Khas Magelang, Muncul di Zaman Penjajahan Jepang Bermakna Kesederhanaan. FOTO: VISIT JATENG

JAKARTA - Gethuk merupakan jajanan tradisional yang bisa kita temui di pasar atau pinggir jalan. Maka tak heran Gethuk disebut juga jajanan pasar.

Gethuk adalah makanan ringan yang terbuat dari singkong atau ketela pohon.

Makanan ini menjadi makanan khas kebanggaan masyarakat Magelang, Jawa Tengah.

Namun seiring perkembangan waktu, makanan ini bisa ditemukan pada berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.

Pada umumnya, Gethuk memiliki rasa manis dan gurih.

Selain itu, makanan itu memiliki penampilan warna warni sehingga indah untuk dipandang.

Makanan inipun disukai berbagai kalangan mulai dari kalangan petani, pedagang, maupun bangsawan.

Karena rasanya manis, makanan inipun cocok sebagai hidangan berbuka puasa.

Namun siapa sangka, Gethuk punya sejarah yang menarik untuk diulik.

Gethuk muncul pada masa penjajahan Jepang.

Sejarah Gethuk bermula pada masa penjajahan Jepang.

Dilansir dari berbagai sumber, konon pada waktu itu bahan pangan pokok seperti beras sangat langka sehingga penduduk Magelang memanfaatkan singkong atau ketela pohon sebagai bahan pengganti beras.

Pada waktu itu, ketela memang mudah ditemukan di sekitar rumah dan banyak dijual di pasar.

Pada awal kemunculannya, Gethuk masih dibuat dengan cara manual.

Pada waktu itu seorang penduduk Karet, Magelang bernama Ali Mohtar membuat Gethuk dengan cara dikukus dan kemudian dihaluskan bersama gula.

Hasil dari proses itu kemudian menghasilkan salah satu jenis Gethuk bernama Gethuk Lindri.

Pada 1985, pria yang akrab disapa Mbah Ali itu kemudian menciptakan mesin penghalus singkong yang membuat gethuk bisa dihasilkan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.

Setelah Ali Mohtar meninggal, usaha Gethuknya kemudian diteruskan oleh anak-anak serta cucu-cucunya.

Salah satu cucu Ali Mohtar yang melanjutkan usaha Gethuk kakeknya adalah Sri Rahayu.

Sri Rahayu sudah memulai terjun menekuni dunia Gethuk sejak remaja. Pada waktu itu dia terjun langsung untuk memilih bahan baku, proses produksi, sampai berjualan langsung di pasar.

Dilansir dari Sejarahunik.net, Sri Rahayu mengakui bahwa proses pembuatan Gethuk tidaklah sulit. Menurutnya, gethuk bisa dibuat siapa saja dan bahan bakunya cukup mudah untuk didapat.

Dilansir dari Fimela.com, Gethuk memiliki makna kesederhanaan dan apa adanya.

Wujudnya yang berwarna-warni, makanan ini juga mengajarkan tentang cara berinovasi dengan berbagai hal sederhana untuk menjadikannya sesuatu yang bermanfaat, menarik, dan disukai.

Satu hal lain hikmah yang dapat diambil dari sejarah Gethuk singkong adalah makanan itu bisa dijadikan alternatif pilihan saat ekonomi dilanda krisis dan kelangkaan pangan terjadi di mana-mana.

Di Bojonegoro, Jawa Timur, Gethuk menjadi jajanan legendaris yang banyak diburu masyarakat untuk buka puasa. (*)

 

FOLLOW US