• Gaya Hidup

Kue Cucur Jadi Pengikat Tali Kasih, Ini Sejarah & Resep Membuat Jajanan Tradisional Topi Berenda

Tri Umardini | Jum'at, 01/04/2022 06:01 WIB
Kue Cucur Jadi Pengikat Tali Kasih, Ini Sejarah & Resep Membuat Jajanan Tradisional Topi Berenda Kue Cucur, jajanan tradisional: FOTO: SHUTTERSTOCK

JAKARTA - Kue Cucur merupakan jajanan tradisional yang banyak disukai berbagai kalangan. Bentuknya unik seperti topi berenda di pinggirannya dan permukaannya yang bersarang.

Kue Cucur memiliki banyak nama di setiap daerah.

Bahkan ia juga memiliki nama unik di sejumlah negara.

Jajanan tradisional ini sudah tersebar di Pulau Jawa, Madura, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.

Mengenai cerita dan asal usul Kue Cucur pun beragam dan Kue Cucur juga terdapat di Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Srilanka dan India.

Di Malaysia dikenal dengan nama kuih cucur, tetapi di daerah Sabah lebih dikenal dengan nama pinjaram, di daerah Sarawak lebih dikenal dengan nama penyaram.

Jenis kuih cucur di Malaysia ada beberapa, antara lain cucur badak, cucur berlauk, cucur gula merah dan cucur jawa.

Di Brunei Darussalam dikenal dengan nama kuih pinyaram.

Di Thailand dikenal dengan nama khanom fak bua (, baca k.nm fk ba) atau khanom chuchun (atau ).

Sementara di India dikenal dengan nama neyyappam.

Disajikan saat Upacara Adat

Dikutip dari kompasiana, di Indonesia sendiri, Kue Cucur awalnya dibawa oleh bangsa asing yang datang kala itu. Sayangnya tidak ada literatur yang menyebutkan berasal dari bangsa mana dan kapan.

Karena bahannya yang mudah didapat (tepung beras) dan cara pembuatannya yang mudah yaitu digoreng, keberadaan Kue Cucur diterima oleh masyarakat Indonesia dan menjadi salah satu jajanan tradisional, terutama untuk upacara adat.

Di Betawi, konon disebut Kue Cucur karena cara membuatnya dengan meneteskan dalam jumlah banyak adonan tersebut di atas loyang.

Bahasa Betawinya ngocor, tapi oleh para pendatang, pengucapannya dihaluskan menjadi ngucur, jadilah cucur.

Kue Cucur disajikan saat upacara tradisional seperti upacara potong rambut bayi dan acara pernikahan.

Di Jawa, Kue Cucur digunakan sebagai salah satu hantaran pengikat tali kasih (peningset pelengkap) dari pihak pria kepada pihak wanita, setelah lamarannya diterima oleh pihak wanita.

Di Jogjakarta, Kue Cucur juga dijadikan sajian bagi tamu yang berkunjung ke rumah, selain sebagai sesajen saat acara slametan.

Di Madura Kue Cucur disebut kocor dan digunakan sebagai salah satu makanan hantaran dari pihak lelaki kepada pihak perempuan pada upacara pernikahan.

Di Sumatra Barat, setelah acara akad nikah, pihak perempuan wajib berkunjung ke rumah mertua atau disebut dengan upacara manjalang mintuo, Batandang, mahanta nasi, manyaok kandangatau mahanta nasi katunduakan, mahanta bubue.

Pada upacara ini, pihak keluarga wanita wajib membawa kue yang berbentuk bulat seperti pinyaram (cucur).

Ada pula tradisi maanta juadah, yaitu pihak wanita mengantarkan juadah kepada pihak pria.

Adapun juadah terdiri dari enam macam kue yang salah satunya ialah pinyaram.

Di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, para nelayan biasa mengadakan upacara ritual dan jamuan laut yang bertujuan untuk melindungi nelayan ketika menangkap ikan dan melindungi daerah tersebut dari wabah penyakit.

Para nelayan menyiapkan persembahan berupa kue-kue yang melambangkan suku-suku yang ada di daerah tersebut dan salah satu kue yang dibuat persembahan ialah Kue Cucur.

Kue Cucur digunakan sebagai lambang suku Keling. Berdasarkan perlambang ini, diduga Kue Cucur dibawa oleh pedagang India yang datang ke pulau Sumatra.

Di Sulawesi Utara terdapat cerita bahwa seorang gadis yang tidak dapat membuat Kue Cucur dengan baik, dia tidak diperkenankan untuk menikah.

Di Gorontalo, Kue Cucur disajikan saat panen padi.

Para petani menikmati Kue Cucur bersama-sama, bahkan terjadi barter yaitu Kue Cucur ditukar dengan beberapa ikat padi.

Suku Mandar di Sulawesi Barat memiliki perahu tradisional dengan bentuk haluan yang meruncing, layarnya meruncing dan bercadik, disebut perahu sadeq.

Mulai dari proses pengumpulan bahan baku untuk perahu sadeq (proses penebangan), pembuatan perahu sadeq hingga peluncuran ke laut, selalu diiringi doa dan upacara.

Dalam upacara ini disiapkan sesaji yang diletakkan di atas nampan.

Salah satu sesajinya ialah Kue Cucur.

Kue Cucur dipercaya sebagai simbol harapan agar pekerjaannya berbuah manis.

Di Sulawesi Tenggara, tepatnya desa Ara dan Tanah Beru, Kabupaten Bontobahari, juga memiliki tradisi yang mirip dengan Suku Mandar.

Mereka juga melakukan ritual bagi perahu pinisi. Dimana upacara diawali dengan kaum ibu yang meletakan kue dumpi (cucur).

Di Kalimantan Tengah, tepatnya di Kabupaten Katingan terdapat acara hinting pali.

Hinting pali ialah pemasangan rambu-rambu atau tanda larangan, biasanya tanda itu dipasang (berupa daun sawang dan rotan) oleh penyelenggara upacara ritual agama Hindu Kaharingan di depan pintu rumah atau tempat sekitar upacara Tiwah.

Salah satu sesajen yang disiapkan untuk upacara hinting pali ialah Kue Cucur.

Di Kalimantan Tengah, tepatnya Sampit, terdapat tradisi Mandi Safar.

Mandi Safar dilakukan dengan cara menceburkan diri ke Sungai Mentaya.

Ini dilakukan agar terdapat saling menghargai, mengakrabkan dan menguatkan rasa persatuan antar masyarakat. Setelah mandi, masyarakat berkumpul dan berdoa.

Lalu dilanjutkan dengan memperebutkan aneka makanan yang dibentuk seperti gunungan, terdiri dari empat puluh satu jenis kue tradisional, diantaranya Kue Cucur.

Jadi siapa sangka Kue Cucur yang bentuknya sederhana, tidak hanya memberikan rasa yang enak, tetapi juga menjadi pelengkap upacara adat di berbagai daerah.

Resep Membuat Kue Cucur

Bahan:
250 gr tepung beras
50 gr terigu kunci
150 gr gula merah
50 gr gula pasir
400 ml air
Vanili dan pandan secukupnya
Minyak, untuk menggoreng secukupnya

Cara Membuat Kue Cucur

1. Gula merah, gula pasir, air, vanili, dan pandan dimasak hingga mendidih.

2. Tepung beras dan terigu diaduk jadi satu.

3. Setelah air gula mendidih, masukkan ke tepung sambil diaduk hingga rata.

4. Dengan menggunakan sendok sayur, aduk terus sampai ada gelembung. Diamkan selama kurang lebih dua jam.

5. Goreng menggunakan minyak dan dengan api sedang sambil disiram-siram dengan minyaknya supaya keluar rintik-rintiknya.

6. Angkat sebentar dan balik posisinya. Masak hingga matang. Sajikan. (*)

 

FOLLOW US