• Info DPR

DPR Prihatin Indonesia Gagal dalam Afirmasi Bangga Buatan Indonesia

Yahya Sukamdani | Selasa, 29/03/2022 18:31 WIB
DPR Prihatin Indonesia Gagal dalam Afirmasi Bangga Buatan Indonesia Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS Mustafa Kamal. Foto: dpr.go.id

JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI Mustafa Kamal prihatin dengan kegagalan bangsa Indonesia dalam melakukan afirmasi bangga buatan Indonesia. Hal ini pernah diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo saat aksi afirmasi Bangga Buatan Indonesia (BBI) beberapa waktu lalu di Badung, Bali.

“Saya kira ini suatu ironi, oleh karenanya saya prihatin. Di saat Indonesia sudah merdeka menjelang 77 tahun, reformasi, tapi kita belum bisa berdiri di atas kaki sendiri dengan mencintai dan menggunakan barang sendiri,” ungkap Mustafa dalam interupsinya di Sidang Paripurna DPR RI ke-18 Masa Sidang IV Tahun Persidangan 2021-2022 di Senayan, Jakarta, Selasa (29/3/2022). 

Ia menilai, kegagalan tersebut ialah kegagalan bersama sebagai sebuah bangsa. “Saya kira ini kegagalan kita semua, saya harap ada upaya sistematis untuk afirmatif action sampai tahun 2024. Sehingga pemerintah bisa menyelesaikan tugas-tugasnya Pak Jokowi, Pak Ma`ruf Amin pada periode ini dengan baik,” urainya.

Oleh karenanya, politisi fraksi PKS itu berharap agar afirmatif action itu tidak terkena fenomena No Action Talk Only (NATO) atau No Action Jengkel Only (NAJO). “Dengan kata lain, mudah-mudahan bangsa kita betul-betul menjadi bangsa yang beraksi atas apa yang dikatakan dan kemudian berbuat dengan sungguh-sungguhnya. Sehingga Kementerian kita semua sukses, dan DPR pun bisa mengawal dengan sebaik-baiknya,” sebut Mustafa.

Sebagaimana diketahui baru-baru ini Presiden Joko Widodo dalam aksi afirmasi Bangga Buatan Indonesia (BBI) menegaskan agar kementerian, lembaga, BUMN, hingga pemerintah daerah dapat mengurangi pengadaan barang secara impor dan mendorong penggunaan barang dalam negeri. Jelasnya, bila digunakan sebanyak 40 persen saja untuk produk dalam negeri itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

FOLLOW US