JAKARTA - Mata-mata di Amerika Serikat dan Inggris mengklaim kemenangan intelijen dengan mengungkap keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memerintahkan serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua, kata kepala mata-mata asing Inggris.

Kepala Kremlin Putin menggunakan pidato pagi hari kepada negara itu pada 24 Februari untuk memerintahkan "operasi militer khusus" melawan Ukraina, hanya tiga hari setelah mengakui dua wilayah pemberontak yang didukung Rusia di Ukraina.

Selama berbulan-bulan, para menteri AS dan Inggris serta sumber keamanan Barat telah memperingatkan bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina. Mereka meningkatkan peringatan bahwa invasi akan segera terjadi dalam beberapa minggu dan hari menjelang deklarasi Putin.

Menjelang invasi Rusia, Moskow berulang kali menolak klaim itu dan menyebutnya sebagai histeria anti-Rusia atau disinformasi yang dirancang untuk menggoda Putin ke dalam perang. "Komunitas intelijen AS dan Inggris mengungkap rencana Putin untuk Ukraina," kata Richard Moore, kepala Dinas Intelijen Rahasia Inggris, yang dikenal sebagai MI6, di Twitter.

"Kami mengungkap upayanya untuk merekayasa `bendera palsu`, serangan palsu untuk membenarkan invasinya," kata Moore. "Serangan ini sudah lama direncanakan, tidak beralasan, agresi yang kejam."

Kewaspadaan yang jelas dari mata-mata Inggris dan Amerika tentang invasi Putin ke Ukraina sangat kontras dengan intelijen yang salah yang digunakan untuk membenarkan invasi pimpinan AS ke Irak pada tahun 2003.

Sebelum perang itu, Presiden George W. Bush mengatakan bahwa intelijen yang dikumpulkan oleh Amerika Serikat dan lainnya tidak diragukan lagi bahwa Irak menyembunyikan apa yang dia isyaratkan sebagai senjata pemusnah massal. Tidak ada senjata seperti itu yang ditemukan.