• Gaya Hidup

Sering Merasa Gugup, Gelisah, & Tegang? Ketahui Gejala dan Bedakan Anxiety yang Normal atau Bahaya

Tri Umardini | Minggu, 20/02/2022 14:30 WIB
Sering Merasa Gugup, Gelisah, & Tegang? Ketahui Gejala dan Bedakan Anxiety yang Normal atau Bahaya Ilustrasi Anxiety. FOTO: CLOUDINARY

JAKARTA - Sering Merasa Gugup, Gelisah, dan Tegang? Ketahui Gejala dan Bedakan Anxiety yang Normal atau Berbahaya.

Pernah merasa cemas saat menghadapi situasi atau mendengar berita yang menimbulkan rasa takut atau khawatir?

Cemas atau anxiety merupakan hal normal yang dirasakan manusia. Tetapi jika anxiety muncul tanpa sebab dan sulit dikendalikan, bisa jadi kamu mengalami gangguan kecemasan.

Gangguan kecemasan dan anxiety tidaklah sama. Rasa cemas terbilang normal apabila masih terkendali dan hilang setelah faktor pemicu munculnya rasa cemas teratasi.

Namun, jika perasaan cemas menetap atau memburuk hingga akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai gangguan kecemasan (anxiety disorder).

Seperti dikutip dari alodokter, berikut bererapa gejala anxiety:

Setiap orang dapat merasa cemas ketika hendak menghadapi atau sedang berada dalam situasi yang dirasakan mengancam atau menakutkan, misalnya pindah sekolah, memulai pekerjaan baru, akan menjalani operasi, memiliki teman atau anggota keluarga yang terkena musibah, atau menunggu istri yang akan melahirkan.

Munculnya rasa cemas karena harus berhadapan dengan situasi atau keadaan yang dianggap dapat menimbulkan stres adalah hal yang normal.

Orang yang cemas biasanya akan merasakan gejala-gejala berikut ini:

Gugup, gelisah, dan tegang
Detak jantung cepat
Napas cepat
Gemetaran
Sulit atau bahkan tidak bisa tidur
Banyak berkeringat
Tubuh terasa lemas
Sulit konsentrasi
Adanya perasaan seperti akan ditimpa bahaya

Membedakan Anxiety Normal dengan Anxiety yang Berbahaya

Cemas atau anxiety tidak selalu buruk. Dengan pikiran positif, rasa cemas yang muncul dapat dijadikan motivasi atau dorongan untuk dapat mengatasi tantangan atau situasi tertentu.

Sebagai contoh, saat akan ujian atau wawancara kerja, rasa cemas mungkin bisa membuat Anda termotivasi untuk belajar atau mempersiapkan wawancara kerja dengan sebaik-baiknya.

Hal yang perlu diwaspadai adalah ketika rasa cemas tetap muncul meski faktor pemicunya sudah hilang atau perasaan cemas muncul tanpa alasan jelas dan mengganggu aktivitas. Dalam hal ini, Anda patut mencurigai adanya gangguan kecemasan.

Masing-masing penderita dapat merasakan gejala yang berbeda, tergantung jenis gangguan kecemasan yang dideritanya. Untuk menentukan apakah anxiety yang muncul terbilang normal atau disebabkan oleh gangguan mental, perlu dilakukan pemeriksaan oleh psikolog atau psikiater.

Beberapa Jenis Anxiety yang Perlu Diketahui
Berikut ini adalah jenis-jenis anxiety disorder atau gangguan kecemasan beserta gejalanya:

1. Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder)
Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum bisa merasa cemas atau khawatir secara berlebihan terhadap berbagai hal, mulai dari pekerjaan, kesehatan, hingga hal-hal yang sederhana, seperti berinteraksi dengan orang lain.

Anxiety yang muncul akibat gangguan kecemasan umum bisa dirasakan setiap hari dan menetap hingga lebih dari 6 bulan. Akibatnya, penderita gangguan kecemasan ini akan menjadi sulit menjalani aktivitas dan pekerjaan sehari-hari.

Selain munculnya rasa cemas yang mengganggu, penderita gangguan kecemasan umum juga dapat merasa cepat lelah, tegang, mual, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, sesak, dan insomnia.

2. Fobia
Fobia merupakan jenis gangguan anxiety yang membuat penderitanya memiliki rasa takut yang berlebihan dan cenderung tidak rasional terhadap suatu benda, binatang, atau situasi tertentu yang tidak menimbulkan rasa takut pada kebanyakan orang.

Orang yang memiliki fobia bisa mengalami serangan panik atau rasa takut yang hebat ketika melihat suatu benda atau berada di tempat yang menjadi pemicu fobia, misalnya laba-laba, darah, berada di tengah keramaian, tempat yang gelap, tempat tinggi, atau ruangan tertutup.

Oleh karena itu, penderita fobia biasanya akan melakukan segala upaya untuk menjauhkan dirinya dari hal atau situasi yang ia takuti.

3. Gangguan kecemasan sosial
Penderita gangguan kecemasan sosial atau dikenal juga fobia sosial memiliki kecemasan atau ketakutan yang luar biasa terhadap lingkungan sosial atau situasi di mana mereka harus berinteraksi dengan orang lain.

Penderita fobia ini selalu merasa diawasi dan dinilai oleh orang lain, serta takut atau merasa malu secara berlebihan saat berada di keramaian. Hal-hal tersebut membuat penderita selalu berusaha menghindari situasi yang mengharuskan ia bertemu atau berinteraksi dengan banyak orang.

4. PTSD (post-traumatic stres disorder)
Gangguan stres pascatrauma atau PTSD dapat muncul pada seseorang yang pernah mengalami kejadian traumatis atau berada di situasi berbahaya yang mengancam nyawa. Contohnya, tinggal di daerah konflik atau perang, terkena bencana alam, atau korban kekerasan.

Orang yang menderita PTSD sering kali susah untuk melupakan pengalaman traumatisnya, baik terlintas dalam benak atau saat bermimpi, yang kemudian membuatnya merasa bersalah, terisolasi, dan sulit bersosialisasi dengan orang lain.

Terkadang orang yang memiliki PTSD juga bisa mengalami insomnia dan bahkan depresi.

5. Gangguan panik
Mungkin Anda pernah merasa panik saat mendapat berita mengejutkan, misalnya saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang terkena musibah. Namun, hal tersebut normal Anda alami. Berbeda dengan penderita gangguan panik yang bisa merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas.

Anxiety dan serangan panik akibat gangguan ini dapat muncul kapan saja dan terjadi secara tiba-tiba atau berulang. Ketika gejala panik muncul, penderita gangguan panik biasanya dapat merasakan sejumlah gejala lain, seperti berdebar-debar, berkeringat dingin, pusing, sesak napas, serta tubuh gemetar dan terasa lemas.

Orang dengan gangguan panik tidak dapat memprediksi kapan gangguan tersebut akan muncul atau apa pemicunya. Oleh karena itu, tak sedikit penderita gangguan panik yang menjauhkan diri dari lingkungan sosial karena takut serangan paniknya kambuh di tempat umum.

6. Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
Orang yang menderita gangguan OCD memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang untuk meringankan rasa cemas yang berasal dari pikirannya sendiri. Contohnya, mencuci tangan harus sebanyak 3 kali karena ia berpikir tangannya masih kotor.

Gangguan ini sulit dikendalikan, bersifat menetap, dan dapat kambuh kapan saja sehingga membuat penderitanya terganggu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Beberapa Cara Mengatasi Anxiety

Untuk meredakan atau mencegah munculnya perasaan cemas, Anda dapat melakukan beberapa cara berikut ini:

Mencukupi waktu tidur dan istirahat
Membatasi konsumsi kafein dan minuman beralkohol
Mengurangi stres dengan mencoba teknik relaksasi, misalnya meditasi dan yoga
Melakukan aktivitas fisik atau berolahraga secara teratur
Mencoba bertukar pikiran atau curhat dengan teman
Jika cara-cara di atas sudah dilakukan dan faktor pemicu anxiety juga sudah teratasi namun rasa cemas belum juga hilang, sebaiknya konsultasikan ke psikiater.

Untuk menentukan penyebab dan jenis gangguan kecemasan yang Anda alami, psikiater akan melakukan pemeriksaan psikologis.

Apabila hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa Anda mengalami gangguan kecemasan, psikiater akan mengatasi anxiety yang Anda rasakan dengan psikoterapi dan konseling, serta pemberian obat penenang bila memang dibutuhkan.

Anxiety yang muncul akibat gangguan kecemasan lama-kelamaan berpotensi membuat penderitanya merasa depresi, ingin bunuh diri, hingga menyalahgunakan obat-obatan atau minuman beralkohol. Oleh karena itu, jika Anda mengalaminya, segeralah berkonsultasi ke psikiater. (*)

FOLLOW US