• News

Ribuan Orang Turun ke Jalan Bamako dalam Protes anti-Prancis

Yati Maulana | Sabtu, 05/02/2022 13:45 WIB
Ribuan Orang Turun ke Jalan Bamako dalam Protes anti-Prancis Sekitar 3.000 warga Mali turun ke jalan memprotes Prancis setelah Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap 5 petinggi negara itu. Foto: Reuters

JAKARTA - Ribuan pengunjuk rasa anti-Prancis turun ke jalan-jalan di ibukota Mali pada hari Jumat, 4 Februari 2022, melambaikan bendera Rusia dan membakar potongan karton bergambar Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam perayaan pengusiran utusan Prancis di Bamako.

Mali mengusir duta besar Prancis pekan lalu atas apa yang pemerintah transisi negara itu gambarkan sebagai komentar "bermusuhan dan keterlaluan" oleh bekas kekuatan kolonial itu.

Hubungan antara Mali dan bekas penjajahnya telah berubah menjadi sengit setelah junta, yang merebut kekuasaan pada Agustus 2020, mengingkari janji untuk menyelenggarakan pemilihan umum pada Februari dan mengusulkan untuk memegang kekuasaan hingga 2025.

Kegagalan untuk mengadakan pemilihan telah menyebabkan hukuman sanksi ekonomi dan keuangan yang didukung oleh Prancis dan negara-negara Uni Eropa (UE) lainnya.

Uni Eropa pada hari Jumat memberlakukan sanksi, termasuk larangan bepergian dan pembekuan aset, pada lima orang termasuk perdana menteri transisi Mali Choguel Maiga dan anggota lingkaran dalam presiden sementara, Assimi Goita.

Sekitar 3.000 orang berkumpul di pusat Bamako Jumat sore, menurut seorang saksi mata Reuters.

Adama Ben Diarra, yang dikenal sebagai Camarade Ben Le Cerveau, seorang aktivis nasionalis vokal pro-Rusia yang dituduh UE membantu menggulingkan pemerintah pada Agustus 2020, adalah salah satu dari mereka yang dikenai sanksi oleh UE.

Gerakannya mengorganisir protes Jumat sebelum sanksi Uni Eropa diumumkan. Diarra mengatakan kepada massa bahwa merupakan suatu kehormatan untuk berada di daftar sanksi Uni Eropa. Dia mengatakan pengusiran duta besar Prancis merupakan langkah penting. Langkah selanjutnya adalah pengusiran lebih dari 5.100 pasukan kontra-terorisme yang dikerahkan di Mali untuk membantu memerangi gerilyawan yang terkait dengan Negara Islam dan Al Qaeda, tambahnya.

Mengatasi penyebaran tentara bayaran Rusia ke Mali, masalah lain yang memburuk antara Mali dan Prancis dan mitra Barat lainnya yang memerangi militan di Sahel, Diarra mengatakan: "Demi keamanan rakyat saya, saya siap membuat perjanjian dengan setan untuk mengusir Prancis dan sekutu terorisnya."

FOLLOW US