• News

Menko PMK Sebut Indonesia Harus Lebih Siap Hadapi Varian Omnicron

Asrul | Selasa, 30/11/2021 14:09 WIB
Menko PMK Sebut Indonesia Harus Lebih Siap Hadapi Varian Omnicron Menko PMK Muhadjir Effendy (Foto: Ist)

Jakarta - Munculnya varian baru Covid-19 Omnicron yang mulai melanda beberapa negara patut menjadi ancaman. Berbekal pengalaman menghadapi varian Delta sebelumnya, Indonesia harus lebih siap.

Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Dia menyebut fasilitas kesehatan (faskes) Indonesia kini sudah membaik.

"Kita kan sudah punya pengalaman dalam menghadapi varian Delta. Dengan adanya varian Delta itu juga banyak hikmah misalnya sekarang kondisi faskes kita sangat bagus, ketersediaan oksigen kita sangat baik, kemudian tenaga medis kita juga lebih siap. Jadi banyak hikmah yang kita petik juga dari wabah," kata Muhadjir dalam keterangannya pada Senin (30/11).

Apalagi berdasarkan survei Kemendagri, rata-rata tingkat imunitas masyarakat sudah sangat tinggi mencapai 90 persen terutama di kota-kota besar. Artinya, masyarakat sudah cukup kebal menghadapi Covid-19.

"Tetapi memang yang kita khawatirkan kalau varian baru ini nanti bisa menghabisi kekebalan-kekebalan yang sudah didapat itu. Ini yang kita waspadai. Tadi saat rapat, Pak Presiden sudah menugaskan khusus ke Pak Menkes untuk betul-betul memantau varian baru ini bahkan meminta agar di-update per-hari," sambung Menko PMK.

Dalam keterangannya, Muhadjir juga menegaskan bahwa penanganan Covid-19 selama ini tak lepas dari peran masyarakat. Menurut dia, seluruh elemen pentahelix mulai dari pemerintah, swasta, perguruan tinggi, kelompok masyarakat madani, dan juga media massa harus bahu-membahu melakukan berbagai hal untuk bisa melawan serangan Covid-19.

"Jadi lima kekuatan (pentahelix) itulah yang selama ini terbukti bisa saling bahu-membahu, saling kait-mengait menyukseskan penanganan Covid-19. Karena itu, saya dengan rendah hati mengatakan bahwa peranan negara bukan satu-satunya, bahkan hanya sekitar 20 persen saja dalam upaya kita menangani Covid-19 ini. Dan sisanya merupakan peranan dari kelompok-kelompok masyarakat dan peranan-peranan strategis yang sangat mendukung," kata Muhadjir.

Muhadjir menyebut gotong-royong atau seperti sambatan memang telah lama mengakar dan terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, bukan hanya di daerah Jawa melainkan seluruh wilayah di penjuru negeri.

Apalagi, pada dasarnya, keberadaan gotong-royong tidak lepas dari falsafah Bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Gotong-royong meliputi makna dari lima sila yaitu spirit ketuhanan, keberpihakan pada sisi kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan demi mencapai keadilan sosial.

"Jadi sebetulnya kita akan tahu makna yang sangat strategis gotong-royong ini ketika kita menghadapi pandemi dan kalau kita membanding dengan apa yang dilakukan oleh negara-negara yang tidak memiliki jiwa gotong-royong, tidak berdasar Pancasila," tandas Menko PMK.

FOLLOW US