• Oase

Untukmu Penguasa dan Pengusaha

Akhyar Zein | Jum'at, 12/11/2021 10:05 WIB
Untukmu Penguasa dan Pengusaha Ilustrasi (bisnis.com)

Katakini.com,- Di mana gerangan tempatnya para pengusaha, kelak di hari pembalasan? Jika acuan kita para pengusaha yang ngemplang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia alias BLBI (yang sampai sekarang belum beres-beres dan kembali diburu oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, ed), sudah tentu tempat terburuklah yang bakal mereka huni di akhirat nanti.

Namun, bagi pengusaha yang jujur, jangan khawatir. Mereka punya tempat yang sangat mulia. Seperti diriwayatkan Abdurrazak dalam Sirah Ibn Hisyam, Rasulullah SAW bersabda: “Para pengusaha yang jujur (dan menjunjung etika bisnis), kelak akan bersama para nabi, syuhada dan orang-orang salih di surga.” Subhanallah. Betapa mulia mereka di sisi Allah SWT.

Rasulullah tidak sekadar berucap. Kita ketahui, seluruh sepak terjang bisnis beliau, yang telah mengantangkannya menjadi pelaku usaha yang tangguh dan dipercaya pemilik modal, tidaklah dilakukan secara oportunis dan tanpa etika. Semua yang dilakukan Muhammad SAW sarat dengan nilai-nilai dan prinsip bisnis yang luhur.

Ketika kemudian menjadi pemimpin umat, Muhammad memberi teladan pada kita bagaimana membangun birokrasi yang bersih. Karena hanya dengan perpaduan antara pengusaha yang jujur dan birokrat yang bersih, barulah dunia usaha bisa maju dan berkembang baik. Untuk soal terakhir ini, kita telah punya banyak bahan pelajaran.

Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 96 menegaskan: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri (penguasa, rakyat dan pengusahanya) beriman dan bertakwa, pastilah Kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu (dengan tidak mengindahkan norma dan etika), maka Kami siksa mereka atas perbuatannya.”

Demikian pula, Allah menyeru dalam surah Hud ayat 85: (Nabi Syu’aib berkata): “Dan wahai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan qisth (sepenuh dan seakurat mungkin), dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu berbuat kejahatan dI muka bumi dengan berbuat kerusakan.”

Terminologi qisth  dalam ukuran mengacu kepada presisi yang sangat akurat, tak ubahnya seperti standar internasional ISO, baik untuk gugus mutu, maupun untuk manajemen dan pemasaran.

“Janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka”, juga merupakan satu peringatan yang keras agar tidak terjadi praktik monopoli dan oligopoli serta kartel yang tidak terkontrol atas barang-barang kebutuhan tertentu yang tanpa keberadaan barang-barang tersebut – bahan makanan pokok, misalnya – masyarakat akan terzalimi.

Begitu pula dengan “janganlah kamu berbuat kejahatan dI muka bumi dengan berbuat kerusakan”, adalah pesan moral yang tajam kepada para pengusaha dan penguasa, karena kejahatan mana lagi yang lebih besar dari penguasa yang menyelewengkan kekuasaannya sehingga ia lebih berpihak kepada pengusaha yang tidak bermutu.

Juga kerusakan bumi mana lagi yang lebih dahsyat ketimbang pengusaha yang membuang limbah industrinya semena-mena ke lingkungan sekitar pabriknya.

Eloknya, itu semua telah ditegaskan Rasulullah SAW 15 abad sebelum Max Weber membahas tentang peran etika keagamaan dan dunia bisnis pada 1938 melalui bukunya, The Protestant Ethics and Spirit of Capitalism. Wallahu a’lam. (M.Syafi`i Antonio/ Panjimas)

FOLLOW US