• News

Nadiem Sebut Inti dari Kurikulum PAUD adalah Bermain

Asrul | Sabtu, 06/11/2021 05:04 WIB
Nadiem Sebut Inti dari Kurikulum PAUD adalah Bermain Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim (Foto: Ist)

katakini.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menyebut inti dari kurikulum PAUD adalah bermain.

Semua kegiatan disusun dalam simulasi permainan. Karena menurut Nadiem, evolusi manusia dalam belajar adalah dengan bermain. Dan jika permainan tidak dijadikan inti kurikulum PAUD, maka siswa akan sulit mencapai potensi optimal pembelajaran.

"Karena kegiatan belajar dianggap tidak menyenangkan. Motivasi itu kunci. Kalau mereka tidak termotivasi, itu sama saja bohong. Mereka tidak belajar dalam situasi itu," terang Nadiem dalam keterangannya pada Jumat (5/11).

Nadiem melanjutkan bahwa ada korelasi yang sangat besar antara kualitas PAUD dan kualitas hasil pembelajaran peserta didik. Dan untuk mengetahui PAUD berkualitas, Menteri Nadiem mengajak para orang tua untuk bertanya langsung kepada anak-anak.

"Tes paling gampang dan sederhana, tanya saja anak-anaknya mau tidak pergi ke PAUD? Kalau dia semangat, berarti PAUD itu bagus. Karena yang paling penting di PAUD itu adalah menyenangkan," sambung dia saat menjadi narasumber dalam bincang bersama Najelaa Shihab, Pendidik dan Pendiri Sekolah Murid Merdeka, dan Ratna Megawangi, Ketua Bidang I OASE sekaligus Pakar Pendidikan Holistik Berbasis Karakter.

Selain harus menyenangkan, kualitas PAUD dapat dilihat dari relevansi preparasi peserta didik ke depan. Tidak terbatas pada kegiatan membaca, menulis, dan berhitung (calistung).

Sebaliknya, pendidik harus menjadi jagoan kontekstual, yaitu menjelaskan segala hal dalam konteks kehidupan dan permainan anak. Ia menyebut, setiap daerah di Indonesia memiliki cara yang berbeda mendidik anak usia dini, terutama dalam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.

"Di daerah tertentu mungkin yang dominan adalah bahasa daerahnya, atau bisa juga percampuran antara Bahasa Indonesia dan daerah. Saya melihat guru-guru PAUD yang terbaik itu selalu bolak balik menggunakan dua bahasa untuk bisa meningkatkan relevansi kontekstual kepada anak," ujarnya.

Senada dengan pernyataan Mendikbudristek, Najelaa Shihab mengemukakan bahwa di masa pandemi ini kehilangan pembelajaran bagi anak-anak usia dini dampaknya sangat besar.

Selama pandemi, tutur perempuan yang akrab disapa Ela ini, anak-anak kehilangan kesempatan interaksi dan bersosialisasi. Karena belajar jarak jauh di rumah masing-masing, umumnya hanya melibatkan anak dan ibu.

"Tidak ada guru yang membagi perhatian kepada beberapa anak sekaligus, tidak ada kesempatan untuk berbagi mainan, tidak ada kesempatan untuk melatih negosiasi atau mengatasi konflik. Kalaupun ada saudara, itu konflik yang sudah biasa dialami sehari-hari, berbeda dengan - kalau misalnya - dalam setting berbeda," kata Elaa.

FOLLOW US