• News

Puluhan Tentara Myanmar Tewas Dalam Bentrok Dengan KNU pada Agustus

Akhyar Zein | Kamis, 26/08/2021 14:30 WIB
Puluhan Tentara Myanmar Tewas Dalam Bentrok Dengan KNU pada Agustus Persenjataan rezim militer yang berhasil disita tentara KNLA dan ANC pada Bulan Mei lalu. (Sumber: ANC via Myanmar Now/ /voi.id)

Jakarta, Katakini.com,- Puluhan tentara junta tewas dan ratusan warga mengungsi akibat pertempuran antara militer Myanmar dengan kelompok pemberontak Persatuan Nasional Karen (KNU) sepanjang bulan Agustus.

Bentrokan antara pasukan junta dengan sayap bersenjata KNU, Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA), paling intens terjadi di Distrik Hpapun atau dikenal juga sebagai Mutraw, Negara Bagian Karen.

Setidaknya sebanyak 50 pasukan junta tewas di daerah tersebut selama bulan Agustus, menurut laporan media di bawah Departemen Informasi KNU.

Menurut KNU, Pasukan Penjaga Perbatasan (BGF) yang didukung junta ikut mengirim bala bantuan bagi militer Myanmar dalam bentrokan tersebut.

Pasukan junta juga melancarkan serangan di Distrik Dooplaya terhadap KNLA pada bulan ini, serta lokasi brigade lainnya dari KNLA, Distrik Hpa-an.

Kepala Departemen Luar Negeri KNU Padoh Saw Taw Nee memperingatkan pertempuran lebih lanjut tidak dapat dihindari apabila pasukan junta terus menyerbu wilayah kelompok itu.

Menurut Padoh Saw Taw Nee, komite pusat KNU memutuskan mereka berhak membela diri dengan cara apapun.

“Jadi pasukan kita tidak perlu menunggu perintah jika mereka menyerbu wilayah kita. Prajurit kita akan melakukan pekerjaan tentara. Itu sangat jelas,” kata Padoh Saw Taw Nee kepada media lokal Myanmar Now, Selasa.

Pasukan junta menembakkan lebih dari 50 peluru artileri berat pada Senin, dan mendarat dekat Desa Ka Maing Kone dan An Hpa Gyi, di mana berlokasi di sekitar kawasan yang dikendalikan KNLA.

“Kami memberi tahu pasukan militer untuk tidak menyerang daerah-daerah itu karena mereka mengumumkan gencatan senjata sementara,” ujar Sekretaris Distrik Dooplaya KNU Padoh Saw Liz Tan.

Dia menambahkan ratusan warga meninggalkan rumah mereka karena penembakan tersebut.

Menurut Padoh Saw Liz Tan, militer yang menargetkan pedesaan, sementara KNU tidak melepaskan tembakan terlebih dahulu dan tetap berada di wilayahnya.

Kepala Departemen Luar Negeri KNU Padoh Saw Taw Nee mengatakan dewan militer merusak semua peluang politik di Myanmar dengan melakukan kudeta pada 1 Februari.

“Kami menentang kudeta militer dan berdiri bersama dengan orang-orang yang menentang kudeta. Kami juga tidak akan berdiri dan menonton ketika sesuatu terjadi di wilayah kami. Kami akan melakukan apa yang menjadi kewajiban kami,” ungkap dia.

Banyak pembangkang muda di daerah perkotaan pergi ke wilayah yang dikendalikan KNU dan kelompok bersenjata lainnya untuk mengangkat senjata melawan junta menyusul tindakan fatal terhadap aksi protes jalanan.

Myanmar diguncang kudeta sejak 1 Februari di mana militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.

Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.

Berdasarkan catatan kelompok sipil, Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP), 1.014 orang tewas sejak kudeta militer Myanmar dan 5.851 orang masih ditahan hingga 24 Agustus.(AA)

FOLLOW US