• News

Sekolah Kosong di Tahun Ajaran Baru Myanmar

Akhyar Zein | Kamis, 03/06/2021 20:58 WIB
Sekolah Kosong di  Tahun Ajaran Baru Myanmar Para siswa menggunakan pelindung wajah dan dan masker pada hari pendaftaran sekolah di Yangon, Myamnar (13-7-2020). Banyak sekolah di Myanmar memulai tahun ajaran baru 2021 dengan kelas kosong, sebagaimana disampaikan seorang guru anggota Federasi Guru Myanmar (MTF) (foto: Xinhua/Liputan6.com))

Katakini.com - Media lokal Myanmar Now melaporkan dewan militer Myanmar membuka kembali sekolah pemerintah pada 1 Juni untuk menunjukkan mekanisme administratif negara tersebut masih berjalan.

Banyak sekolah di Myanmar memulai tahun ajaran baru dengan kelas kosong, sebagaimana disampaikan seorang guru anggota Federasi Guru Myanmar (MTF).

MTF memperkirakan hanya 10 persen dari total 900.000 murid yang mendaftar pada tahun ini, setelah pendaftaran dibuka pada 24 Mei 2021 karena tekanan dari dewan militer.

Bahkan di antara mereka yang mendaftar, kata guru tersebut, sejumlah orangtua murid tidak menyekolahkan anaknya pada Selasa kemarin karena instabilitas dan kekerasan yang terus terjadi di Myanmar.

Menurut guru tersebut, banyak sekolah tanpa murid di daerah yang banyak terjadi bentrokan antara militer Myanmar dan pasukan perlawanan lokal, seperti Yangon, Mandalay, Sagaing, Negara Bagian Chin dan Kayah (Karenni).

“Terutama di Sagaing, ada sekolah-sekolah yang tanpa pendaftaran maupun murid, bahkan di desa-desa,” ungkap guru tersebut kepada Myanmar Now.

Di Kotapraja Kanbalu, Sagaing, dilaporkan terjadi ledakan secara simultan di sejumlah sekolah sehari sebelum tahun ajaran baru dimulai.

Myanmar Now dapat memverifikasi dua ledakan saat berita ini diturunkan.

Berdasarkan informasi dari warga lokal, ledakan juga terjadi di sebuah sekolah di Kyun Hla, sebuah kota berlokasi 9 mil dari Kanbalu, pada malam yang sama.

Para tentara juga terlihat mengenakan peralatan lengkap di depan sekolah dan sekitar bus sekolah di Yangon pada Selasa.

Di Mandalay, pasukan keamanan rezim melepaskan tembakan dan melemparkan granat pada Senin malam sebagai upaya menghancurkan perlawanan publik terhadap pembukaan sekolah.

Keesokkan harinya, Selasa, para murid di Mandalay melakukan protes, bahkan sejumlah truk militer dan tank terlihat di kota tersebu

 

—Relasi dengan militer

Menurut MTF, kebanyakan dari 10 persen murid yang mendaftar sekolah tahun ini berada di kota-kota yang didominasi militer.

Berdasarkan keterangan Myingan Public Movement Committee, hanya terdapat 47 murid yang hadir pada hari pertama sekolah di empat SMA di Kotapraja Myingan, Mandalay.

Dari jumlah tersebut, 32 murid berada di Number 3 Basic Education High School, di mana 28 di antaranya memiliki hubungan dengan militer.

Sementara, sebuah SMA di Desa Paygyi, Kanbalu, tetap dibuka pada Selasa, menyusul dua ledakan di desa tersebut pada hari sebelumnya.

Akan tetapi, pengamanan di SMA tersebut ditingkatkan, hampir setengah dari total 300 murid merupakan anak dari anggota dan pegawai militer.

Dalam surat kabar propaganda The Mirror, dewan militer mengumumkan gencatan senjata dengan kelompok etnis bersenjata selama 1-30 Juni agar murid dapat kembali bersekolah.

Laporan tersebut menyebutkan operasi militer akan dihentikan, “kecuali di daerah di mana keselamatan dan mekanisme administrasi negara dirusak”.

Adapun Myanmar Now mengungkapkan, deklarasi gencatan senjata sepihak militer di masa lalu tidak menghentikan serangan di seluruh Myanmar.(AA)

FOLLOW US