• News

10.000 Warga Sipil di Gaza Mengungsi

Akhyar Zein | Senin, 17/05/2021 11:20 WIB
10.000 Warga Sipil di Gaza Mengungsi Warga Gaza, Palestina panik berhamburan menyelamatkan diri dari sebuah gedung yang menjadi target serangan Israel.(foto: AFP)

Katakini.com - Menteri Luar Negeri Palestina mengatakan lebih dari 10.000 warga sipil mengungsi di Jalur Gaza karena serangan Israel.

Pernyataan itu disampaikan Riyad al-Maliki pada pertemuan luar biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pada Minggu.

Maliki menyatakan bahwa Israel telah melakukan kejahatan dan menggunakan kekerasan terhadap warga di Jalur Gaza yang diblokade.

"Pengeboman biadab yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan lebih dari 10.000 warga Palestina mengungsi dan ratusan rumah hancur di seluruh wilayah," ujar dia.

Maliki menyatakan bahwa Israel memusatkan perhatian pada serangan dengan segala cara, termasuk para penjajah, yang menggerebek rumah-rumah warga Palestina dan meneriakkan slogan "Matilah orang Arab."

Dia mendesak Dewan Keamanan PBB, Majelis Umum PBB, Dewan Hak Asasi Manusia PBB, dan pengadilan internasional untuk bertindak.

Maliki juga meminta OKI untuk membentuk front internasional untuk mencegah kejahatan Israel dan eskalasi berbahaya.

Dia menekankan bahwa normalisasi dengan Israel berarti mendukung sistem rasis.

Maliki menambahkan bahwa normalisasi dengan pemerintahan kolonis dan rasis tanpa mengakhiri pendudukan Israel di tanah Arab dan Palestina berarti mendukung rezim apartheid dan menjadi pihak yang terlibat dalam kejahatannya.

Pertemuan virtual luar biasa komite eksekutif OKI diadakan untuk membahas serangan Israel di Palestina.

Israel telah menggempur Jalur Gaza dalam serangan udara sejak 10 Mei, menewaskan sedikitnya 197 orang, termasuk 34 wanita dan 58 anak-anak, serta melukai 1.235 orang lainnya.

Ketegangan menyebar dari Yerusalem Timur ke Gaza setelah kelompok perlawanan Palestina bersumpah untuk membalas serangan Israel di Masjid al-Aqsa dan Sheikh Jarrah.

Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967 dan mencaplok seluruh kota pada 1980, langkah yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.(AA)

FOLLOW US