• Info MPR

Kementan Canangkan Salatiga Jadi Kota Vanili, Bamsoet: Naikkan Nilai Tambah

Akhyar Zein | Rabu, 31/03/2021 19:15 WIB
Kementan Canangkan Salatiga Jadi Kota Vanili, Bamsoet: Naikkan Nilai Tambah Ketua MPR Bambang Soesatyo bersama Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo secara simbolis menanam vanili di Salatiga. (Foto: MPR)

INFO MPR - Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengapresiasi langkah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mencanangkan Kota Salatiga sebagai Kota Vanili.

Melengkapi langkah MPR RI yang sebelumnya telah mencanangkan Kota Salatiga sebagai Kota Empat Pilar. Pencanangan tersebut merupakan bentuk sinergitas MPR RI dan Kementerian Pertanian dalam memajukan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat.

"Kementerian Pertanian juga telah membuat progran Gerakan Ekspor Tiga Kali Lipat (Gratieks), dengan memasukan vanili sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor hasil perkebunan, bersama kopi, kelapa, dan lada. Bahkan usai pencanangan sebagai Kota Vanili, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo langsung memerintahkan Dirjen Tanaman Pangan menyalurkan 10 ribu bibit vanili untuk masyarakat Salatiga," ujar Bamsoet dalam pencanangan Kota Salatiga sebagai Kota Vanili, di pendopo Walikota Salatiga, di Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (31/3/21).

Bamsoet menjelaskan, dari segi historis, sejak zaman penjajahan Belanda, Kota Salatiga sudah dikenal sebagai daerah penghasil vanili. Bahkan pernah mengalami masa kejayaan di tahun 1980-an, dengan harga jual fantastis.

Sehingga masyarakat menjuluki vanili sebagai `emas hijau`. Kejayaan tersebut yang kini harus dibangkitkan kembali.

"Pencanangan sebagai Kota Vanili merupakan momentum untuk memberdayakan perekonomian masyarakat Salatiga dengan basis pertanian vanili. Mengingat kondisi geografi Kota Salatiga di ketinggian 450-825 meter diatas permukaan laut (mdpl), serta berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil, yaitu Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, Gunung Payung, dan Gunung Rong. Menyebabkan Salatiga beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata antara 23-24 C. Sangat cocok untuk tanaman vanili," jelas Bamsoet.

Bamsoet menerangkan, tidak jarang ditemui, masyarakat di Kota Salatiga giat memanfaatkan lahan terbatas di setiap rumah, seperti di teras hingga atap rumah, dengan menanam 5-10 pot/polybag. Bahkan ada yang menanam 400 pohon vanili di halaman rumahnya.

"Menurut Walikota Salatiga, saat ini tanaman vanili yang sudah dibudidayakan penduduk mencapai 8.900 batang, dengan luas tanam lahan mencapai 3,74 hektar. Tersebar di Kelurahan Kalibening, Katman Kidul, Bugel, Kumpulrejo, Kutowinangun, Randuacir, dan Dukuh. Bahkan pemerintah kota Salatiga juga membuat program, satu rumah sepuluh tanaman vanili," terang Bamsoet.

Bamsoet mengungkapkan, sebagai komoditas unggulan, vanili mempunyai nilai ekonomi sangat tinggi. Tahun 2020 lalu harga jualnya menembus Rp 4 hingga 6 Juta per kilogram vanili kering. Menempatkan Indonesia sebagai pengekspor vanili terbesar kedua di dunia setelah Madagaskar.

"Bahkan kandungan vanilin dalam tanaman vanili produk Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia, mencapai 3,9 persen. Lebih tinggi dari kandungan vanilin produksi Madagaskar yang hanya sebesar 2 persen," ungkap Bamsoet.

Bamsoet menambahkan, pangsa pasar vanili sangat menjanjikan. Sebagian besar importir vanili produksi Indonesia adalah negara-negara maju seperti Amerika (47,73 persen), Prancis (18,10 persen), dan Jerman (9,31 persen).

"Yang masih menjadi tantangan adalah optimalisasi pengolahan produk vanili untuk pasar global, sehingga produk yang diekspor adalah produk yang mempunyai nilai tambah. Tantangan yang tidak mudah, namun dengan gotong royong seluruh elemen bangsa, pasti kita bisa mewujudkannya," ujar Bamsoet.

Bantuan Bibit Vanili

Pada kesempatan ini juga, Bamsoet bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Walikota Salatiga Yuliyanto melakukan penanaman simbolis vanili.

Dilanjutkan pemberian bibit vanili secara simbolis kepada perwakilan Asosiasi Petani Vanili Salatiga, Kelompok Petani Amanah, dan Ketua RT 02 RW 01 Banyuputih, Salatiga.

Kementerian Pertanian juga akan kembali menyalurkan bantuan 10 ribu bibit tanamam vanili, serta 1.000 bibit kelapa unggul untuk masyarakat Kota Salatiga.

Bamsoet juga memberikan penghargaan kepada Mbah Harjo/Hardjo Utomo (92 tahun), petani vanili Salatiga dari desa Randu Acir yang melestarikan tanaman vanili dari tahun 1960.

Serta penghargaan kepada Kepala Dinas Pertanian Salatiga, Nunuk Dartini, atas dedikasinya mengembangkan pertanian vanili di Kota Salatiga.

"Mbah Harjo termasuk petani vanili yang merasakan kejayaan vanili. Hasil panennya bisa untuk membeli ternak, lahan dan menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi. Semangat Mbah Harjo dalam menanam vanili harus ditularkan kepada generasi muda, agar mau terjun ke dunia pertanian," jelas Bamsoet.

Bamsoet juga mendorong hilirisasi pengolahan vanili. Selain bisa memberi nilai tambah dan meningkatkan daya saing, juga dapat memperbesar nilai ekspor vanili Tanah Air.

"Pengolahan vanili bisa diterapkan menjadi produk bernilai tambah seperti ekstrak, sari, oleoresin, maupun bubuk, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kuliner. Selain itu, vanili juga dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik, parfum, herbal, dan minyak esensial. Perlu juga dikembangkan sertifikasi organik, keberlanjutan, ketertelusuran, dan transparansi vanili. Sehingga bisa memperkuat posisi vanili Indonesia di mata para buyer potensial mancanegara, terutama di Uni Eropa yang pasarnya terus bertumbuh," pungkas Bamsoet.

FOLLOW US