• News

Sahroni: Kecam Tindakan Kepolisian yang Brutal di Depan Keluarga DPO

Asrul | Senin, 08/02/2021 13:15 WIB
Sahroni: Kecam Tindakan Kepolisian yang Brutal di Depan Keluarga DPO Wakil Ketua Komisi III DPR RI F-NasDem, Ahmad Sahroni.

Jakarta, katakini.com - Insiden penembakan terhadap Deki Susanto, seorang tersangka kasus perjudian di Solok Selatan, Sumatera Barat mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, penembakan dilakukan oleh aparat kepolisian di depan istri dan anak di rumahnya.
 
Terkait kejadian ini, Wakil Ketua Komisi III DPR RI asal Partai Nasdem Ahmad Sahroni mengecam keras tindakan penembakan aparat yang menyebabkan tewasnya Deki. Menurutnya, aksi penembakan di depan keluarga adalah aksi brutal yang tidak bisa ditolerir. 
 
“Ini adalah aksi brutal, menembak hingga tewas seorang DPO di depan keluarganya. Ini kejahatan yang tidak bisa ditolerir lagi. Polisi yang terlibat bukan hanya harus disanksi atau dicopot, tapi juga agar segera dimejahijaukan” ujar Sahroni, kepada wartawan, Senin (8/2).
 
Sahroni menyebut, bahwa dalam aturannya, penggunaan senjata api hanya dilakukan untuk keperluan melumpuhkan, bukan untuk membunuh atau menembak hingga tewas seorang tersangka ataupun DPO. Karenanya, oknum polisi yang melakukan penembakan wajib dihukum berat dan diproses ke meja hijau.
 
“Senjata api polisi itu bukan untuk membunuh tersangka atau DPO di tempat, bukan sampai menembak mati. Apalagi belum ada penyelidikan lebih lanjut terhadap kasus korban, jadi ini memang benar-benar tindakan kriminal,” sambungnya.
 
Lebih lanjut, Sahroni meyakini bahwa jajaran kepolisian, baik Kapolri maupun Kapolda Sumatera Barat akan mangusut kasus ini dengan serius dan transparan, hingga keadilan dapat diterima oleh pihak keluarga korban.
 
“Saya yakin Kapolri melalui Kapolda Sumatera Barat akan memproses hukum kasus penembakan brutal tersebut secara transparan dan akuntabel. Jadi kita percayakan kasus ini kepada Kepolisian, dengan tetap kita kawal dan awasi terus prosesnya. Pastinya, ini jadi pengingat juga agar polisi di mana saja tidak boleh brutal,” demikian Sahroni.

FOLLOW US