JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Gamal Albinsaid menyoroti tantangan generasi muda, khususnya Gen Z, dalam menghadapi dunia kerja di tengah bonus demografi yang dialami Indonesia.
Sorotan itu disampaikan Gamal saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IX DPR RI ke Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (25/9/2025).
Menurut Gamal, bonus demografi sering dipandang sebagai peluang positif bagi bangsa, namun di sisi lain juga berpotensi menimbulkan persoalan serius apabila ketersediaan lapangan kerja tidak mampu menyerap suplai tenaga kerja.
“Kalau suplai tenaga kerja lebih besar dari demand, akibatnya bisa memunculkan kesejahteraan yang minim, upah rendah, hingga meningkatnya angka pengangguran,” kata Gamal dalam keterangan tertulis DPR RI, Jumat (26/9/2025).
Ia menjelaskan, Gen Z memiliki karakteristik tersendiri yang perlu diantisipasi, baik oleh dunia usaha maupun lembaga pelatihan kerja. Berdasarkan sejumlah penelitian, sebagian besar pemberi kerja menilai Gen Z perlu bimbingan lebih banyak dibanding generasi lain. Bahkan, banyak di antara mereka cenderung memilih pekerjaan informal atau freelance.
“Pertanyaannya, apa yang Balai Pelatihan lakukan untuk menyiapkan Gen Z agar tetap diterima di dunia kerja formal?” ujarnya.
Selain itu, Gamal juga menyoroti adanya kesenjangan antara pertumbuhan ekonomi dengan penciptaan lapangan kerja.
“Dulu, pertumbuhan ekonomi 1 persen bisa membuka 600 ribu lapangan kerja. Sekarang, pertumbuhan 1 persen hanya mampu menciptakan sekitar 200 ribu lapangan kerja. Artinya, tantangan kita semakin berat,” ungkap Politisi Fraksi PKS tersebut.
Ia menegaskan, dunia kerja saat ini menuntut tenaga kerja formal dengan keterampilan tinggi (high-skilled labor). Namun, Indonesia masih tertinggal dalam hal produktivitas dan keterampilan digital, sehingga kalah bersaing dengan negara lain. “Kita butuh pelatihan yang relevan dengan kebutuhan bisnis digital, seperti kecakapan AI, coding, dan keterampilan teknologi lainnya,” lanjut Gamal.
Lebih jauh, ia juga menekankan pentingnya fasilitas pelatihan yang nyaman dan adanya pendampingan jangka panjang bagi peserta pelatihan.
“Anak-anak muda harus dibuat betah di balai pelatihan agar semangat mengikuti program. Jangan sampai pelatihan selesai tanpa ada tindak lanjut. Kita butuh sistem pendampingan agar kompetensi mereka benar-benar bisa terpakai di dunia kerja,” pungkasnya.